Perkataan Dan Perbuatan Tak Selaras
Disadur dari , edisi 22 Oktober 2019
Baca: 1 Samuel 18:6-30
"Ini beliau anakku wanita yang tertua, Merab; beliau akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN." 1 Samuel 18:17a
Bukan hal yang gampang menyelaraskan perkataan dan perbuatan. Yang sering terjadi adalah, apa yang dikatakan orang berbeda dengan apa yang diperbuatnya. Ketidakselarasan perkataan dan perbuatan ini berdampak bagi masyarakat luas bila hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Bukankah ada banyak calon pemimpin yang berkoar-koar menebar janji-janji yang begitu muluk dan meninabobokan rakyat ketika berlangsungnya kampanye? Tetapi begitu terpilih menjadi pemimpin, perkataan mereka tidak lagi selaras dengan perbuatannya. Janji yang pernah diucapkan tak pernah ditepatinya, komitmen hanya tinggal janji. Sungguh sangat mengecewakan!
Hal yang sama dilakukan Saul, raja Israel. Saul mengangkat Daud menjadi seorang prajurit yang harus memerangi Filistin, dengan komitmen akan memperlihatkan puteri tertuanya (Merab) sebagai isteri Daud. Janji Saul kepada Daud ini bahwasanya juga hanya pura-pura saja, bahkan ada motif terselubung dan niat jahat: "Sebab pikir Saul: 'Janganlah tanganku memukul dia, tetapi biarlah ia dipukul oleh tangan orang Filistin.'" (1 Samuel 18:7b). Bagaimana selanjutnya? Saul mengingkari apa yang pernah dijanjikan. "Tetapi ketika datang waktunya untuk memperlihatkan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak wanita itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya." (1 Samuel 18:19). Begitu pula ketika Saul berjanji kepada Yonatan (anaknya) bahwa ia tidak akan membunuh Daud, komitmen itu kembali diingkarinya. Rasa dengki yang begitu menggelora terhadap Daud menciptakan Saul makin gelap mata. Suatu ketika ia berusaha menancapkan Daud ke dinding dengan tombaknya, "Tetapi Daud mengelakkannya hingga dua kali." (1 Samuel 18:11b). Perkataan dan perbuatan Saul benar-benar tidak selaras!
Banyak orang Katolik menjadi kerikil sandungan alasannya yaitu perkataan dan perbuatannya tak selaras. Omongannya tampak rohani, sok Alkitabiah, tapi perbuatannya tak menyerminkan pengikut Kristus. Ini mengecewakan Tuhan!
Jangan hanya tampak rohani ketika pelayanan, sementara di luaran perbuatan kita tak jauh berbeda dengan orang dunia. Perkataan dan perbuatan haruslah selaras!
Baca: 1 Samuel 18:6-30
"Ini beliau anakku wanita yang tertua, Merab; beliau akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN." 1 Samuel 18:17a
Bukan hal yang gampang menyelaraskan perkataan dan perbuatan. Yang sering terjadi adalah, apa yang dikatakan orang berbeda dengan apa yang diperbuatnya. Ketidakselarasan perkataan dan perbuatan ini berdampak bagi masyarakat luas bila hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Bukankah ada banyak calon pemimpin yang berkoar-koar menebar janji-janji yang begitu muluk dan meninabobokan rakyat ketika berlangsungnya kampanye? Tetapi begitu terpilih menjadi pemimpin, perkataan mereka tidak lagi selaras dengan perbuatannya. Janji yang pernah diucapkan tak pernah ditepatinya, komitmen hanya tinggal janji. Sungguh sangat mengecewakan!
Hal yang sama dilakukan Saul, raja Israel. Saul mengangkat Daud menjadi seorang prajurit yang harus memerangi Filistin, dengan komitmen akan memperlihatkan puteri tertuanya (Merab) sebagai isteri Daud. Janji Saul kepada Daud ini bahwasanya juga hanya pura-pura saja, bahkan ada motif terselubung dan niat jahat: "Sebab pikir Saul: 'Janganlah tanganku memukul dia, tetapi biarlah ia dipukul oleh tangan orang Filistin.'" (1 Samuel 18:7b). Bagaimana selanjutnya? Saul mengingkari apa yang pernah dijanjikan. "Tetapi ketika datang waktunya untuk memperlihatkan Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak wanita itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya." (1 Samuel 18:19). Begitu pula ketika Saul berjanji kepada Yonatan (anaknya) bahwa ia tidak akan membunuh Daud, komitmen itu kembali diingkarinya. Rasa dengki yang begitu menggelora terhadap Daud menciptakan Saul makin gelap mata. Suatu ketika ia berusaha menancapkan Daud ke dinding dengan tombaknya, "Tetapi Daud mengelakkannya hingga dua kali." (1 Samuel 18:11b). Perkataan dan perbuatan Saul benar-benar tidak selaras!
Banyak orang Katolik menjadi kerikil sandungan alasannya yaitu perkataan dan perbuatannya tak selaras. Omongannya tampak rohani, sok Alkitabiah, tapi perbuatannya tak menyerminkan pengikut Kristus. Ini mengecewakan Tuhan!
Jangan hanya tampak rohani ketika pelayanan, sementara di luaran perbuatan kita tak jauh berbeda dengan orang dunia. Perkataan dan perbuatan haruslah selaras!