Jangan Pernah Jemu Berdoa

Disadur dari , edisi 1 November 2015

Baca:  Lukas 18:1-8

"Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, kalau Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iktikad di bumi?"  Lukas 18:8

Apakah Saudara kehilangan semangat dan tidak berselera lagi menjalani kegiatan di pagi ini?  Biasanya pada waktu pagi Saudara mengatur persembahan bagi Tuhan melalui dikala teduh, mengapa pagi ini tidak Saudara lakukan?  Jawabnya mungkin sudah jemu.  Secara umum kata jemu berarti sudah tidak suka lagi lantaran terlalu sering dilakukan, bosan.  Mengapa jemu?  Mungkin lantaran doa-doa Saudara belum juga dijawab Tuhan hingga sekarang.  Jawaban itu menyiratkan rasa putus asa dan putus asa lantaran merasa bahwa dikala teduh yang selama ini dilakukan tampaknya tiada hasil.  Benarkah demikian?

     Sebagai pengikut Kristus sejati kita harus bertekun di dalam iktikad dan tidak pernah berhenti membangun komplotan denganNya.  Tuhan menghendaki semoga kita berdoa dengan tidak jemu-jemu apa pun keadaannya.  Mengapa?  Karena doa yaitu kekuatan kita yang sanggup melindungi kita dari si jahat.  Bila doa-doa Saudara belum beroleh jawaban jangan pernah mengalah dan putus asa;  jangan pernah merasa jemu berdoa.  Berdoalah terus-menerus hingga doa Saudara dijawab Tuhan, lantaran ada tertulis:  "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?"  (ayat 7).  Doa yang tidak jemu-jemu yaitu bukti bahwa kita punya iman.  Jangan memberi celah kepada Iblis yang tidak pernah berhenti menghasut, melemahkan dan memprovokasi kita dengan hal-hal negatif.  Jangan pula silau mata dengan tawaran-tawaran dunia yang menjanjikan pemberian instan yang menciptakan kehidupan doa kita semakin berkurang.  Belajarlah memahami bahwa waktu kita bukanlah waktu Tuhan.  Pemazmur menasihati,  "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"  (Mazmur 27:14).

     Dalam pembacaan firman hari ini Tuhan memperlihatkan pola kegigihan seorang janda yang tidak pernah jemu tiba kepada hakim yang lalim semoga perkaranya dibela.  Janda itu tidak pernah merasa aib atau sungkan, tetapi dia punya tekad yang sangat kuat.

Karena terus tiba kepadanya hakim yang lalim itu pun balasannya luluh hati dan membenarkan kasus janda itu!