Kasih Karunia Allah Bagi Paulus

Disadur dari , edisi 5 September 2015

Baca:  1 Timotius 1:12-20

"Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: 'Kristus Yesus tiba ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,' dan di antara mereka akulah yang paling berdosa."  1 Timotius 1:15

Paulus berkata,  "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis selesai dan aku telah memelihara iman."  (2 Timotius 4:7).  Paulus masih menyebut dirinya paling berdosa.  Kata aku menawarkan evaluasi yang tak berubah akan dirinya sendiri.  Ia tidak mempunyai sesuatu pun untuk dibanggakan.  Dia bersaksi kepada orang berdosa yang lain bahwa ia bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Allah.  Bibel berkata:  "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma lantaran penebusan dalam Kristus Yesus."  (Roma 3:23-24).

     Paulus mengakui ia dibenarkan dan bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Allah.  Lebih dari itu ia menganggap dirinya lebih jelek dari yang lain dan lebih memerlukan kasih karunia Allah daripada yang lain.  Kita sanggup menganggapnya melampaui orang lain dalam mendapatkan pewahyuan dari Tuhan.  Ini menyebabkan ia menghakimi dirinya dengan lebih keras.  Paulus berkata,  "Sebab lantaran kasih karunia kau diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pertolongan Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8-9).

     Paulus menyebut diri rasul Kristus oleh kehendak Allah, bukan lantaran ia baik.  Itu sebabnya Paulus berkata,  "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, saat kau dipanggil: berdasarkan ukuran insan tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang kolot bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, semoga jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."  (1 Korintus 1:26-29).

"Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan."  2 Korintus 10:18