Tuhan Bekerja Dalam Segala Sesuatu (2)
Disadur dari , edisi 13 Agustus 2015
Baca: Pengkhotbah 3:1-15
"Ia menciptakan segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memperlihatkan kekekalan dalam hati mereka." Pengkhotbah 3:11
Seberapa moncer karir kita, seberapa tinggi prestasi yang kita raih, seberapa besar kekayaan kita dan sebagainya bukanlah kasus yang dicari Tuhan dalam diri seseorang. Yang Tuhan cari dan inginkan dalam diri seseorang yaitu karakternya. Salah satu cara yang digunakan Tuhan untuk membentuk aksara yaitu melalui duduk kasus atau peristiwa-peristiwa kehidupan, yang "...menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menjadikan tahan uji dan tahan uji menjadikan pengharapan." (Roma 5:3). Dalam hal menyiapkan yang terbaik bagi anak-anakNya Tuhan tidak pernah menggunakan jalan pintas atau cara instan, tetapi melalui suatu proses. Bagi Tuhan berproses itu lebih penting, sedangkan upah yaitu akhir atau hasil dari proses itu. Kaprikornus Tuhan akan memperlihatkan yang terbaik kepada kita selaras dengan harga yang kita bayar.
Bagaimana biar kita berpengaruh ketika menjalani proses? Pertama, arahkan pandangan kepada Tuhan dan akad firman-Nya. "Kepada-Mu saya melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga." (Mazmur 123:1), karena "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2). Jika arah pandang kita tertuju kepada Tuhan, kita akan mempunyai respons faktual di segala keadaan sehingga pikiran pun dipenuhi hal-hal positif, "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8). Ketika menjalani proses di padang gurun umat Israel meresponsnya secara negatif: mengeluh, mengomel, bersungut-sungut. Mereka tidak memahami cara Tuhan, padahal itu yaitu persiapan menuju rencana-Nya yaitu Tanah Perjanjian.
Kedua, kita memerlukan partner rohani yang saling mendukung dan menguatkan. Inilah pentingnya persekutuan! "Berdua lebih baik dari pada seorang diri...Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10).
Seberapa apa pun prosesnya, jalani dan hadapi dengan respons faktual alasannya yaitu Tuhan punya planning yang terbaik bagi kita!
Baca: Pengkhotbah 3:1-15
"Ia menciptakan segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memperlihatkan kekekalan dalam hati mereka." Pengkhotbah 3:11
Seberapa moncer karir kita, seberapa tinggi prestasi yang kita raih, seberapa besar kekayaan kita dan sebagainya bukanlah kasus yang dicari Tuhan dalam diri seseorang. Yang Tuhan cari dan inginkan dalam diri seseorang yaitu karakternya. Salah satu cara yang digunakan Tuhan untuk membentuk aksara yaitu melalui duduk kasus atau peristiwa-peristiwa kehidupan, yang "...menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menjadikan tahan uji dan tahan uji menjadikan pengharapan." (Roma 5:3). Dalam hal menyiapkan yang terbaik bagi anak-anakNya Tuhan tidak pernah menggunakan jalan pintas atau cara instan, tetapi melalui suatu proses. Bagi Tuhan berproses itu lebih penting, sedangkan upah yaitu akhir atau hasil dari proses itu. Kaprikornus Tuhan akan memperlihatkan yang terbaik kepada kita selaras dengan harga yang kita bayar.
Bagaimana biar kita berpengaruh ketika menjalani proses? Pertama, arahkan pandangan kepada Tuhan dan akad firman-Nya. "Kepada-Mu saya melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga." (Mazmur 123:1), karena "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2). Jika arah pandang kita tertuju kepada Tuhan, kita akan mempunyai respons faktual di segala keadaan sehingga pikiran pun dipenuhi hal-hal positif, "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8). Ketika menjalani proses di padang gurun umat Israel meresponsnya secara negatif: mengeluh, mengomel, bersungut-sungut. Mereka tidak memahami cara Tuhan, padahal itu yaitu persiapan menuju rencana-Nya yaitu Tanah Perjanjian.
Kedua, kita memerlukan partner rohani yang saling mendukung dan menguatkan. Inilah pentingnya persekutuan! "Berdua lebih baik dari pada seorang diri...Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkotbah 4:9-10).
Seberapa apa pun prosesnya, jalani dan hadapi dengan respons faktual alasannya yaitu Tuhan punya planning yang terbaik bagi kita!