Harus Berani Mendidik Anak
Disadur dari , edisi 4 Juni 2019
Baca: Amsal 13:1-25
"Siapa tidak memakai tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa menyayangi anaknya, menghajar ia pada waktunya." Amsal 13:24
Jika kita perhatikan, kenakalan belum dewasa di zaman ini sudah hingga pada tingkat yang mengkhawatirkan. Maraknya perkelahian antarpelajar, pacaran yang melampaui batas norma/susila, proostitusi online yang melibatkan pelajar, terjerat narkoba, persekusi siswa terhadap gurunya dan sebagainya ialah bukti nyata.
Tentu timbul pertanyaan mengapa hal-hal semacam ini sanggup terjadi? Tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebab. Pengaruh lingkungan daerah di mana tinggal atau pergaulan yang buruk: "Janganlah kau sesat: Pergaulan yang jelek merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33); sanggup juga lantaran orangtua yang sudah tidak sanggup lagi mengatur anak-anaknya. Bibel juga mencatat ada belum dewasa imam Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, yang begitu nakalnya, sampai-sampai mereka berani berbuat kurang didik terhadap Tuhan. Mereka berani mengambil daging persembahan untuk Tuhan: "Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, alasannya ialah mereka memandang rendah korban untuk TUHAN." (1 Samuel 2:17). Bahkan mereka juga meniduri perempuan-perempuan yang melayani di Kemah Pertemuan (1 Samuel 2:22). Perbuatan belum dewasa imam Eli ini begitu keji di mata Tuhan. Mengapa anak seorang imam sanggup berlaku sedemikian jahatnya? Ternyata lantaran imam Eli tidak mendisiplinkan anak-anaknya sedari kecil, berlaku lunak terhadap anak-anaknya, alias memanjakan mereka. Akhirnya saat belum dewasa bertumbuh besar mereka berani melawan orangtuanya dan tidak punya rasa takut akan Tuhan. Sungguh tragis bukan? Seharusnya belum dewasa hamba Tuhan sanggup menjadi pola buat belum dewasa yang hidup di luaran, bukan malah menjadi kerikil sandungan atau perbincangan negatif.
Mendisiplinkan anak sangat penting! Menghajar anak bukan berarti kita tidak sayang kepada mereka. Rasa sayang berlebihan terhadap anak (memanjakan) justru tidak mendatangkan kebaikan bagi si anak. Selain itu Tuhan terang memerintahkan orangtua mengajarkan firman Tuhan kepada anak, di mana saja dan kapan saja (Ulangan 11:19).
"Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya." Amsal 19:18
Baca: Amsal 13:1-25
"Siapa tidak memakai tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa menyayangi anaknya, menghajar ia pada waktunya." Amsal 13:24
Jika kita perhatikan, kenakalan belum dewasa di zaman ini sudah hingga pada tingkat yang mengkhawatirkan. Maraknya perkelahian antarpelajar, pacaran yang melampaui batas norma/susila, proostitusi online yang melibatkan pelajar, terjerat narkoba, persekusi siswa terhadap gurunya dan sebagainya ialah bukti nyata.
Tentu timbul pertanyaan mengapa hal-hal semacam ini sanggup terjadi? Tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebab. Pengaruh lingkungan daerah di mana tinggal atau pergaulan yang buruk: "Janganlah kau sesat: Pergaulan yang jelek merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33); sanggup juga lantaran orangtua yang sudah tidak sanggup lagi mengatur anak-anaknya. Bibel juga mencatat ada belum dewasa imam Eli, yaitu Hofni dan Pinehas, yang begitu nakalnya, sampai-sampai mereka berani berbuat kurang didik terhadap Tuhan. Mereka berani mengambil daging persembahan untuk Tuhan: "Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, alasannya ialah mereka memandang rendah korban untuk TUHAN." (1 Samuel 2:17). Bahkan mereka juga meniduri perempuan-perempuan yang melayani di Kemah Pertemuan (1 Samuel 2:22). Perbuatan belum dewasa imam Eli ini begitu keji di mata Tuhan. Mengapa anak seorang imam sanggup berlaku sedemikian jahatnya? Ternyata lantaran imam Eli tidak mendisiplinkan anak-anaknya sedari kecil, berlaku lunak terhadap anak-anaknya, alias memanjakan mereka. Akhirnya saat belum dewasa bertumbuh besar mereka berani melawan orangtuanya dan tidak punya rasa takut akan Tuhan. Sungguh tragis bukan? Seharusnya belum dewasa hamba Tuhan sanggup menjadi pola buat belum dewasa yang hidup di luaran, bukan malah menjadi kerikil sandungan atau perbincangan negatif.
Mendisiplinkan anak sangat penting! Menghajar anak bukan berarti kita tidak sayang kepada mereka. Rasa sayang berlebihan terhadap anak (memanjakan) justru tidak mendatangkan kebaikan bagi si anak. Selain itu Tuhan terang memerintahkan orangtua mengajarkan firman Tuhan kepada anak, di mana saja dan kapan saja (Ulangan 11:19).
"Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya." Amsal 19:18