Merasa Kecil Di Tengah Raksasa
Disadur dari , edisi 29 Agustus 2018
Baca: Bilangan 13:1-13
"Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami ibarat belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." Bilangan 13:33
Sadar atau tidak, ada banyak orang percaya yang selalu terpaku pada kehidupan di masa lalu. Padahal masa kemudian ialah sesuatu yang sudah lewat, yang tak mungkin terulang kembali. Seharusnya kita fokus pada hari ini sebagai persiapan untuk menatap masa depan, yang jauh lebih penting daripada masa lampau. Hari depan membuka banyak kesempatan bagi kita dalam hal perkembangan dan perbaikan hidup di dalam Tuhan.
Untuk mencapai kemajuan dalam hidup kekristenan (kedewasaan iman) kita harus berguru dari masa kemudian dengan segala kegagalannya, tapi kita tak boleh dipengaruhi oleh masa kemudian itu. Selama kita masih dipengaruhi dan bergantung pada masa lalu, sulit bagi kita untuk memperoleh kemajuan yang berarti, alasannya ialah memori kita selalu menempel pada masa lalu. Mengapa? Karena yang seringkali menempel di memori kita ialah hal-hal negatif, sehingga bayang-bayang ketakutan dan kegagalan tersebut membuat rasa takut dan rasa enggan melangkah ke depan. Patut kita teladani rasul Paulus yang berkata, "...ini yang kulakukan: saya melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14).
Musa mengutus dua belas orang pengintai tanah Kanaan. "Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu," (Bilangan 13:25). Sepuluh orang memperlihatkan laporan negatif dan merasa takut untuk kembali masuk ke negeri itu, lantaran pikiran mereka dipenuhi hal-hal negatif, merasa diri kecil ibarat belalang, sementara penduduk negeri itu besar-besar ibarat raksasa. Itulah yang terus membayangi pikiran mereka. Akhirnya mereka gagal dan tak menikmati tanah Kanaan yang berlimpah air susu dan madu, lantaran menuntaskan duduk perkara dengan pedoman logika manusia. "...dan kami lihat diri kami ibarat belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (ayat nas). Dihantui masa kemudian membuat mereka mengalah sebelum berperang.
Dalam menghadapi duduk perkara jangan mengukur kekuatan sendiri, tapi pandanglah Tuhan dengan segala kekuatan dan kedahsyatan kuasa-Nya!
Baca: Bilangan 13:1-13
"Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami ibarat belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." Bilangan 13:33
Sadar atau tidak, ada banyak orang percaya yang selalu terpaku pada kehidupan di masa lalu. Padahal masa kemudian ialah sesuatu yang sudah lewat, yang tak mungkin terulang kembali. Seharusnya kita fokus pada hari ini sebagai persiapan untuk menatap masa depan, yang jauh lebih penting daripada masa lampau. Hari depan membuka banyak kesempatan bagi kita dalam hal perkembangan dan perbaikan hidup di dalam Tuhan.
Untuk mencapai kemajuan dalam hidup kekristenan (kedewasaan iman) kita harus berguru dari masa kemudian dengan segala kegagalannya, tapi kita tak boleh dipengaruhi oleh masa kemudian itu. Selama kita masih dipengaruhi dan bergantung pada masa lalu, sulit bagi kita untuk memperoleh kemajuan yang berarti, alasannya ialah memori kita selalu menempel pada masa lalu. Mengapa? Karena yang seringkali menempel di memori kita ialah hal-hal negatif, sehingga bayang-bayang ketakutan dan kegagalan tersebut membuat rasa takut dan rasa enggan melangkah ke depan. Patut kita teladani rasul Paulus yang berkata, "...ini yang kulakukan: saya melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14).
Musa mengutus dua belas orang pengintai tanah Kanaan. "Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu," (Bilangan 13:25). Sepuluh orang memperlihatkan laporan negatif dan merasa takut untuk kembali masuk ke negeri itu, lantaran pikiran mereka dipenuhi hal-hal negatif, merasa diri kecil ibarat belalang, sementara penduduk negeri itu besar-besar ibarat raksasa. Itulah yang terus membayangi pikiran mereka. Akhirnya mereka gagal dan tak menikmati tanah Kanaan yang berlimpah air susu dan madu, lantaran menuntaskan duduk perkara dengan pedoman logika manusia. "...dan kami lihat diri kami ibarat belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (ayat nas). Dihantui masa kemudian membuat mereka mengalah sebelum berperang.
Dalam menghadapi duduk perkara jangan mengukur kekuatan sendiri, tapi pandanglah Tuhan dengan segala kekuatan dan kedahsyatan kuasa-Nya!