Memperlakukan Musuh Dengan Kasih
Disadur dari , edisi 15 Juli 2015
Baca: Matius 5:44-48
"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Matius 5:44
Cara yang sempurna dalam memperlakukan musuh yaitu menyampaikan kasih dan kemurahan hati kepadanya. Tatkala kita menyampaikan kasih, pengampunan, dan kemurahan hati kepada musuh, bergotong-royong kita telah mengejutkan dia, dan dengan tidak melukainya kita telah mengubah beliau dari seorang musuh menjadi teman.
Yusuf yaitu referensi dalam hal menyayangi musuh. Karena iri hati dan dengki saudara-saudaranya tega membuang Yusuf ke dalam sumur dan menjualnya sebagai budak ke Mesir, yang kemudian menghantarkannya masuk penjara. Namun lantaran campur tangan Tuhan, kehidupan Yusuf diubahkan: dari seorang budak dan tahanan menjadi seorang penguasa di Mesir. Ketika terjadi kelaparan jago pergilah saudara-saudara Yusuf ke Mesir demi mendapat gandum. Bertemulah Yusuf dengan saudara-saudaranya yang telah menyakiti dan membencinya, tapi keadaan berbeda, Yusuf sudah menjadi penguasa atau orang ke-2 di Mesir. Apa yang diperbuat Yusuf? Bukankah ini kesempatan emas baginya untuk membalas dendam, membalas semua perlakuan mereka di masa lalu? Ternyata Yusuf tidak melaksanakan hal yang demikian. Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya Yusuf justru mendemonstrasikan kasih dan kemurahan hatinya. "...janganlah bersusah hati dan janganlah meratapi diri, lantaran kau menjual saya ke sini, lantaran untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh saya mendahului kamu." (Kejadian 45:5), lalu "Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka." (Kejadian 45:15).
Kasih yaitu inti dari Alkitab dan kekristenan, lantaran itu sebagai pengikut Kristus kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus dan mengakibatkan kasih sebagai gaya hidup sehari-hari, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama menyerupai Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Di tengah dunia yang penuh kejahatan, di mana orang suka menerapkan prinsip pembalasan dendam, orang percaya justru dituntut menjadi eksklusif yang berbeda dari dunia ini. Kita ditugasi untuk menjadi terusan kasih kepada orang lain sekalipun kita dibenci dan dimusuhi sebagai balasannya.
Kasih dibalas dengan kasih yaitu hal biasa, namun jikalau benci dibalas dengan kasih itu luar biasa, dan itulah yang harus dilakukan oleh orang percaya!
Baca: Matius 5:44-48
"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Matius 5:44
Cara yang sempurna dalam memperlakukan musuh yaitu menyampaikan kasih dan kemurahan hati kepadanya. Tatkala kita menyampaikan kasih, pengampunan, dan kemurahan hati kepada musuh, bergotong-royong kita telah mengejutkan dia, dan dengan tidak melukainya kita telah mengubah beliau dari seorang musuh menjadi teman.
Yusuf yaitu referensi dalam hal menyayangi musuh. Karena iri hati dan dengki saudara-saudaranya tega membuang Yusuf ke dalam sumur dan menjualnya sebagai budak ke Mesir, yang kemudian menghantarkannya masuk penjara. Namun lantaran campur tangan Tuhan, kehidupan Yusuf diubahkan: dari seorang budak dan tahanan menjadi seorang penguasa di Mesir. Ketika terjadi kelaparan jago pergilah saudara-saudara Yusuf ke Mesir demi mendapat gandum. Bertemulah Yusuf dengan saudara-saudaranya yang telah menyakiti dan membencinya, tapi keadaan berbeda, Yusuf sudah menjadi penguasa atau orang ke-2 di Mesir. Apa yang diperbuat Yusuf? Bukankah ini kesempatan emas baginya untuk membalas dendam, membalas semua perlakuan mereka di masa lalu? Ternyata Yusuf tidak melaksanakan hal yang demikian. Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya Yusuf justru mendemonstrasikan kasih dan kemurahan hatinya. "...janganlah bersusah hati dan janganlah meratapi diri, lantaran kau menjual saya ke sini, lantaran untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh saya mendahului kamu." (Kejadian 45:5), lalu "Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka." (Kejadian 45:15).
Kasih yaitu inti dari Alkitab dan kekristenan, lantaran itu sebagai pengikut Kristus kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus dan mengakibatkan kasih sebagai gaya hidup sehari-hari, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama menyerupai Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Di tengah dunia yang penuh kejahatan, di mana orang suka menerapkan prinsip pembalasan dendam, orang percaya justru dituntut menjadi eksklusif yang berbeda dari dunia ini. Kita ditugasi untuk menjadi terusan kasih kepada orang lain sekalipun kita dibenci dan dimusuhi sebagai balasannya.
Kasih dibalas dengan kasih yaitu hal biasa, namun jikalau benci dibalas dengan kasih itu luar biasa, dan itulah yang harus dilakukan oleh orang percaya!