Memuji Tuhan: Sebagai Korban Syukur

Disadur dari , edisi 26 Juli 2015

Baca:  Mazmur 146:1-10

"Aku hendak memuliakan TUHAN selama saya hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi saya ada."  Mazmur 146:2

Puji-pujian kepada Tuhan ialah potongan yang sangat vital dalam setiap peribadatan.  Meski demikian jangan hingga kita memuji Tuhan hanya sebagai syarat dalam beribadah saja.  Sebagaimana doa ialah nafas hidup orang percaya, puji-pujian pun harus menjadi potongan yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.  Jika kita menyadari siapa diri kita ini di hadapan Tuhan dan mengenal dengan benar siapa Tuhan kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuji Tuhan.

     Memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya sebab sedang dalam keadaan berpengaruh dan bisa aadalah hal yang sangat normal.  Bagaimana jikalau kita dalam keadaan tidak berdaya sebab tertindih beban hidup yang berat atau sebab sakit-penyakit, masihkah kita mau memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya?  Mari kita mencar ilmu dari Daud, meski sedang terjepit dan kehilangan kekuatan,  "Seperti air saya tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi menyerupai lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering menyerupai beling,..."  (Mazmur 22:15-16), dia tetap memaksa jiwanya untuk memuji Tuhan.  "Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:"  (Mazmur 22:23).  Bahkan ketika sedang terkepung oleh musuh sekali pun Daud tetap bisa menguasai dirinya dan tidak terpancing emosi, dia tetap mengarahkan pandangannya kepada Tuhan dan memuji Tuhan, sebab percaya jikalau Tuhan ada di pihaknya,  "Aku tidak akan takut. Apakah yang sanggup dilakukan insan terhadap aku?"  (Mazmur 118:6).  Orang bisa berbuat apapun terhadap kita atau merancangkan hal-hal yang jahat sekalipun terhadap kita, tapi mereka takkan bisa mengubah dan menggagalkan rencana Tuhan dalam hidup kita.

     Karena itu apa pun keadaannya biarlah puji-pujian tetap ada di dalam verbal kita.  Ini menawarkan kepada kita bahwa salah satu sifat dari puji-pujian kepada Tuhan ialah sebagai suatu korban, kita mau membayar harga, yaitu mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan justru ketika kita berada dalam kesesakan dan penderitaan.

"Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya."  Ibrani 13:15