Memuji Tuhan: Tujuh Kali Sehari

Disadur dari , edisi 25 Juli 2015

Baca:  Mazmur 63:1-12

"Demikianlah saya mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu."  Mazmur 63:5

Kapan Saudara memuji-muji Tuhan?  Ada banyak yang menjawab:  ketika ibadah di gereja.  Memang, dalam setiap kegiatan gerejawi puji-pujian selalu menjadi unsur yang sangat penting.  Kemudian, kapan lagi Saudara memuji-muji Tuhan?  Apakah ketika mengalami mujizat dan pertolongan-Nya saja?  Bagaimana bila situasi-situasi yang Saudara alami tidak ibarat yang diharapkan?  Masihkah puji-pujian keluar dari verbal Saudara?  Perhatikan Daud:  "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Padahal waktu itu Daud sedang menghadapi dilema yang berat, tetapi ia bertekad tetap memuji-muji Tuhan.  Kalimat pada segala waktu berarti puji-pujian bagi Tuhan tidak tergantung situasi dan kondisi, atau tergantung mood kita, tetapi memuji-muji Tuhan haruslah menjadi bab hidup dari orang percaya.

     Mengapa kita harus senantiasa memuji Tuhan?  Karena ketika memuji Tuhan kita sedang berjalan menuju ke kawasan di mana Tuhan bersemayam di atas takhta-Nya yang tertinggi dan kudus.  Saat kita memuji-muji Tuhan itulah nama Tuhan ditinggikan, pribadi-Nya diagungkan, dan kerajaan-Nya dimashyurkan oleh alasannya yaitu Dialah  "...Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).  Menyadari akan pentingnya kebanggaan bagi Tuhan dan juga alasannya yaitu dorongan Roh Tuhan, Daud pun menyediakan lebih banyak waktu untuk memuji-muji Tuhan.  "Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, alasannya yaitu hukum-hukum-Mu yang adil."  (Mazmur 119:164).  Saat menjabat sebagai raja atas Israel ia pun tetap menempatkan puji-pujian bagi Tuhan sebagai hal yang utama dalam hidupnya.  Hal itu terlihat ketika ia memerintahkan orang-orang Lewi untuk bermazmur dan menaikkan puji-pujian di hadapan tabut Tuhan dengan diiringi gambus, kecapi dan ceracap  (baca  1 Tawarikh 16:4-6).

     Orang Nasrani yang normal kehidupan kekristenannya niscaya akan dipenuhi oleh puji-pujian bagi Tuhan.  Jika kita tidak suka memuji Tuhan,  'normalkah'  kita?

Karena Tuhan bertakhta di atas puji-pujian umat-Nya maka kita pun wajib memuji dan memashyurkan nama-Nya seumur hidup kita dan di segala keadaan!