Jangan Salah Menentukan Pasangan
Disadur dari , edisi 29 Desember 2018
Baca: 1 Korintus 7:1-16
"tetapi mengingat ancaman percabulan, oke setiap pria memiliki isterinya sendiri dan setiap wanita memiliki suaminya sendiri." 1 Korintus 7:2
Alkitab secara terang menyatakan bahwa untuk menghindarkan diri dari ancaman percabulan hendaklah setiap pria atau wanita menikah atau berumah tangga. Jadi, kesepakatan nikah itu Alkitabiah, dan melibatkan dua pihak yaitu pihak pria dan pihak perempuan, bukan pria dan dengan pria atau wanita dengan perempuan (sejenis).
Kita dilarang sembarangan dalam menentukan pasangan, jadi pikirkan dan rencanakan dengan baik, alasannya yaitu kesepakatan nikah Kristiani yaitu sekali seumur hidup. Salah menentukan pasangan akan berdampak pada ketidakharmonisan rumah tangga kelak. "Janganlah kau merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang sanggup bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14). Pasangan seiman yaitu harga mutlak dan tidak sanggup dikompromikan. Jika berbicara dari sudut pandang laki-laki, atau kita sebut calon-calon suami, di dalam menentukan calon isteri hendaknya jangan didasarkan atas dorongan lahiriah semata, alasannya yaitu apa yang tampak secara kasat mata itu sanggup menipu dan bukanlah ukuran, sebab "Kemolekan yaitu bohong dan kecantikan yaitu sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." (Amsal 31:30). Ini penting sekali untuk diperhatikan, alasannya yaitu pria yaitu kepala keluarga dan bertanggung jawab penuh atas rumah tangganya. Kriteria utama dalam menentukan pasangan yaitu haruslah seorang yang takut akan Tuhan.
Inilah citra wacana seorang isteri yang cakap: "Ia berdiri jika masih malam, kemudian menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan kiprah kepada pelayan-pelayannya perempuan. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya." (Amsal 31:15, 19, 27). Kecakapan seorang isteri berdasarkan pandangan firman Tuhan itu bertitik tolak pada kerajinannya dalam mengurus rumah tangga atau tidak suka bermalas-malasan. 'Cakap' yaitu bukan hanya mengandalkan paras wajahnya yang ayu atau lekuk tubuhnya yang tampak sexy kolam peragawati.
Jangan pernah terkecoh dalam menentukan pasangan, ikuti tuntunan firman Tuhan!
Baca: 1 Korintus 7:1-16
"tetapi mengingat ancaman percabulan, oke setiap pria memiliki isterinya sendiri dan setiap wanita memiliki suaminya sendiri." 1 Korintus 7:2
Alkitab secara terang menyatakan bahwa untuk menghindarkan diri dari ancaman percabulan hendaklah setiap pria atau wanita menikah atau berumah tangga. Jadi, kesepakatan nikah itu Alkitabiah, dan melibatkan dua pihak yaitu pihak pria dan pihak perempuan, bukan pria dan dengan pria atau wanita dengan perempuan (sejenis).
Kita dilarang sembarangan dalam menentukan pasangan, jadi pikirkan dan rencanakan dengan baik, alasannya yaitu kesepakatan nikah Kristiani yaitu sekali seumur hidup. Salah menentukan pasangan akan berdampak pada ketidakharmonisan rumah tangga kelak. "Janganlah kau merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang sanggup bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14). Pasangan seiman yaitu harga mutlak dan tidak sanggup dikompromikan. Jika berbicara dari sudut pandang laki-laki, atau kita sebut calon-calon suami, di dalam menentukan calon isteri hendaknya jangan didasarkan atas dorongan lahiriah semata, alasannya yaitu apa yang tampak secara kasat mata itu sanggup menipu dan bukanlah ukuran, sebab "Kemolekan yaitu bohong dan kecantikan yaitu sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." (Amsal 31:30). Ini penting sekali untuk diperhatikan, alasannya yaitu pria yaitu kepala keluarga dan bertanggung jawab penuh atas rumah tangganya. Kriteria utama dalam menentukan pasangan yaitu haruslah seorang yang takut akan Tuhan.
Inilah citra wacana seorang isteri yang cakap: "Ia berdiri jika masih malam, kemudian menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan kiprah kepada pelayan-pelayannya perempuan. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya." (Amsal 31:15, 19, 27). Kecakapan seorang isteri berdasarkan pandangan firman Tuhan itu bertitik tolak pada kerajinannya dalam mengurus rumah tangga atau tidak suka bermalas-malasan. 'Cakap' yaitu bukan hanya mengandalkan paras wajahnya yang ayu atau lekuk tubuhnya yang tampak sexy kolam peragawati.
Jangan pernah terkecoh dalam menentukan pasangan, ikuti tuntunan firman Tuhan!