Padang Gurun Sebagai Sekolah Kehidupan

Disadur dari , edisi 21 Desember 2018

Baca:  Mazmur 136:1-26

"Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya."  Mazmur 136:16

Sadar atau tidak, hidup yang sedang kita jalani ini yakni mirip sebuah sekolah, di situlah proses berguru terjadi.  Banyak hal dalam kehidupan ini yang sanggup kita jadikan materi pemelajaran.  Kita sanggup berguru melalui perjalanan hidup yang terkadang melewati kerikil-kerikil, batu-batu besar, tikungan-tikungan tajam, dan juga lembah-lembah curam.  Kita sanggup berguru dari masalah, kesulitan, tekanan, penderitaan, situasi, insiden atau peristiwa.

     Terkadang Tuhan ijinkan kita melwati  'padang gurun'  yang gersang dan tandus.  Padang gurun yakni daerah yang udaranya sangat panas di waktu siang dan terasa sangat masbodoh di kala malam.  Air menjadi sesuatu yang langka dan sangat berharga, dan belum lagi ancaman hewan buas mirip ular dan sebagainya.  Padang gurun yakni citra kehidupan yang sungguh tidak enak, tidak nyaman dan penuh kesulitan.  Banyak orang tidak menyukai kehidupan di padang gurun dan berusaha lari menghindar dan memberontak.  Musa yang dibesarkan di istana Firaun dengan segala kenyamanan dan kemewahan justru menentukan untuk mengikuti panggilan Tuhan, sekalipun ada harga yang harus dibayarnya, yaitu berada di padang gurun selama 40 tahun bersama umat Israel.  "Karena kepercayaan maka Musa, sehabis dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  (Ibrani 11:24-25).

      Padang gurun menjadi sekolah kehidupan bagi Musa dan juga bangsa Israel, di sanalah mereka mengalami proses pembentukan dan pendewasaan iman:  "Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak."  (Ulangan 8:2).  Bersyukurlah kalau dikala ini Tuhan membawa kita kepada situasi  'padang gurun', memang terasa tidak lezat dan mungkin sangat menyakitkan secara daging, tapi percayalah bahwa kasih setia-Nya tak berubah.

Padang gurun menjadi  'sekolah'  kehidupan bagi kita, alasannya yakni di situlah Tuhan memroses kita hingga kita kedapatan siap mendapatkan curahan berkat-Nya!