Tidak Lagi Memegang Komitmen

Disadur dari , edisi 20 Mei 2017

Baca:  1 Samuel 13:1-22

"Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; lantaran sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya."  1 Samuel 13:13

Di zaman kini ini tidaklah gampang menemukan orang yang benar-benar mempunyai kesepakatan terhadap suatu hal.  Umumnya orang mau melaksanakan sesuatu yang penuh kesepakatan apabila diiming-imingi bonus atau hadiah yang menggiurkan.  Orang juga akan bersemangat melaksanakan sesuatu dikala mood-nya lagi dapat.  Begitu mood-nya gak dapat, semangatnya untuk melaksanakan sesuatu pun meredup.  Seseorang yang punya kesepakatan niscaya tidak mempunyai alasan apa pun untuk berhenti di tengah jalan meski ada rintangan yang menghadang di depan, apalagi hingga ingkar.

     Komitmen yakni hal yang sangat diperlukan dalam meraih kesuksesan atau keberhasilan.  Orang bisa saja dengan gampang mengucapkan komitmen, tapi tindakanlah yang akan pertanda sebuah komitmen.  Saul yakni raja pertama Israel yang pada awalnya tampak jago dan berkomitmen untuk hidup taat, tetapi apa yang menjadi komitmennya dikala diurapi menjadi raja tidak lagi bisa dipertahankannya, justru pelanggaran demi pelanggaran dilakukan oleh Saul;  dan dikala ditegur oleh Samuel, bukannya meratapi kesalahannya, malah ia selalu berkilah.  Perbuatan Saul ini sangat menyakiti hati Tuhan.  Oleh lantaran gagal memegang komitmennya kesudahannya Saul harus menelan pil pahit, ia ditolak sebagai raja, dan bahkan Tuhan menyatakan penyesalan-Nya:  "Aku menyesal, lantaran Aku telah mengakibatkan Saul raja, lantaran ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku."  (1 Samuel 15:11).

     Komitmen yakni hal penting yang harus dimiliki oleh setiap orang yang sudah mengambil keputusan untuk percaya kepada Tuhan Yesus, yaitu kesepakatan untuk taat kepada perintah-perintah-Nya dan setia mengikuti-Nya hingga garis tamat hidup.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."  (Roma 14:8).  Milikilah kesepakatan menyerupai rasul Paulus,  "Sebab kalau kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan kalau kita mati, kita mati untuk Tuhan. Makara baik hidup atau mati, kita yakni milik Tuhan."  (Roma 14:8).

Orang yang punya kesepakatan takkan berubah sikap, apa pun keadaannya!