Abigail: Perempuan Idaman (2)

Disadur dari , edisi 9 Januari 2016

Baca:  1 Samuel 25:23-44

"Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui saya pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan saya dari pada melaksanakan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan."  1 Samuel 25:32-33

Waktu terjadi permusuhan antara Daud dengan suaminya yang jahat dan kikir, Abigail tampil sebagai penengah sekaligus penolong yang sepadan bagi suaminya.  Dengan kerendahan hati beliau memohon pengampunan kepada Daud:  "Ia sujud pada kaki Daud serta berkata: 'Aku sajalah, ya tuanku, yang menanggung kesalahan itu. Izinkanlah hambamu ini berbicara kepadamu, dan dengarkanlah perkataan hambamu ini.'"  (ayat 24).

     Abigail mengingatkan Daud biar tidak mengotori tangannya dengan darah orang jahat ibarat Nabal.  Meski suaminya berlaku berangasan dan jahat Abigail tidak meminta Tuhan menghukumnya, atau memakai jurus  'aji mumpung'  dengan kemarahan Daud ini, tapi tetap mengatakan perilaku sebagai isteri yang baik dan mencintai suami apapun keadaannya, dengan meminta keselamatan bagi suaminya.  Nabal yakni laki-laki yang sangat beruntung lantaran beliau mempunyai isteri yang manis luar dalam.  "...isteri yang pandai budi yakni karunia TUHAN."  (Amsal 19:14).  Sesuai dengan arti namanya, keberadaan Abigail benar-benar menghadirkan kebahagiaan di dalam keluarga Nabal.

     Apa yang dilakukan Abigail ini juga menjadi sebuah teguran dan peringatan bagi Daud biar beliau tidak gampang panas hati atau murka terhadap orang yang berbuat jahat.  Karena pengalamannya ini Daud menulis:  "Jangan murka lantaran orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; ...Berhentilah murka dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan."  (Mazmur 37:1, 8).  Bibel menasihati,  "Janganlah kau kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"  (Roma 12:21), sebab  "Pembalasan itu yakni hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."  (Roma 12:19).  Terbukti, Nabal harus menuai akhir dari kesombongan dan kejahatannya:  "Dan kira-kira sepuluh hari sehabis itu TUHAN memukul Nabal, sehingga beliau mati."  (1 Samuel 25:38).

Dengan membatalkan niat melaksanakan balas dendam, Daud terhindar dari kemungkinan yang lebih jelek dan beliau pun dibela Tuhan!