Tidak Bermegah Secara Duniawi (1)
Disadur dari , edisi 20 Desember 2015
Baca: 2 Korintus 11:16-33
"Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, saya mau bermegah juga." 2 Korintus 11:8
Di zaman kini ini banyak orang cenderung bersikap sombong dan angkuh, merasa diri lebih akil dan lebih mahir dari orang lain sehingga sulit sekali sanggup menghargai orang lain. Itulah keadaan insan di selesai zaman, menyerupai yang disampaikan oleh rasul Paulus. "Mereka akan membual dan menyombongkan diri,...tidak sanggup mengekang diri,...berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2-4). Kapan pun saat beroleh kesempatan untuk berbicara di hadapan orang lain umumnya kita tidak sanggup menahan bibir untuk berbicara panjang lebar perihal segala hal yang sanggup dibanggakan secara lahiriah. Jarang sekali kita mengakui kelemahan dan kekurangan kita, sebaliknya kita bersemangat menceritakan segala kelebihan-kelebihan yang ada: kepintaran, kekuatan, kekayaan, jabatan, prestasi yang telah dicapai dan sebagainya, mulai dari A hingga Z, tanpa ada yang tertinggal.
Banyak orang cenderung bermegah secara duniawi yaitu memegahkan diri dengan apa yang dimiliki untuk mengatakan siapa 'aku' yang alhasil mengarah kepada kesombongan. "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda," (Mazmur 20:8). Rasul Paulus menasihati, "...supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah...Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1 Korintus 1:29, 31). Sesungguhnya rasul Paulus mempunyai banyak hal untuk bermegah, punya alasan untuk membanggakan diri lantaran beliau yakni seorang pemberita Bibel yang mahir dan digunakan Tuhan secara luar biasa, juga dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni; meski demikian ia tidak bersikap menyerupai yang dilakukan oleh orang-orang dunia pada umumnya. "Sekalipun saya juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah." (Filipi 3:4). Justru sebaliknya ia berkata, "Jika saya harus bermegah, maka saya akan bermegah atas kelemahanku." (2 Korintus 11:30).
'Kelemahan' yang dimaksudkan bukanlah sesuatu yang seringkali menjadi titik lemah atau faktor penyebab seseorang mengalami jatuh berdiri dalam dosa. Kelemahan ini berbicara perihal masalah, tekanan, kesukaran, penderitaan atau pergumulan yang disebabkan saat seseorang hidup dalam kebenaran. (Bersambung)
Baca: 2 Korintus 11:16-33
"Karena banyak orang yang bermegah secara duniawi, saya mau bermegah juga." 2 Korintus 11:8
Di zaman kini ini banyak orang cenderung bersikap sombong dan angkuh, merasa diri lebih akil dan lebih mahir dari orang lain sehingga sulit sekali sanggup menghargai orang lain. Itulah keadaan insan di selesai zaman, menyerupai yang disampaikan oleh rasul Paulus. "Mereka akan membual dan menyombongkan diri,...tidak sanggup mengekang diri,...berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Timotius 3:2-4). Kapan pun saat beroleh kesempatan untuk berbicara di hadapan orang lain umumnya kita tidak sanggup menahan bibir untuk berbicara panjang lebar perihal segala hal yang sanggup dibanggakan secara lahiriah. Jarang sekali kita mengakui kelemahan dan kekurangan kita, sebaliknya kita bersemangat menceritakan segala kelebihan-kelebihan yang ada: kepintaran, kekuatan, kekayaan, jabatan, prestasi yang telah dicapai dan sebagainya, mulai dari A hingga Z, tanpa ada yang tertinggal.
Banyak orang cenderung bermegah secara duniawi yaitu memegahkan diri dengan apa yang dimiliki untuk mengatakan siapa 'aku' yang alhasil mengarah kepada kesombongan. "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda," (Mazmur 20:8). Rasul Paulus menasihati, "...supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah...Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." (1 Korintus 1:29, 31). Sesungguhnya rasul Paulus mempunyai banyak hal untuk bermegah, punya alasan untuk membanggakan diri lantaran beliau yakni seorang pemberita Bibel yang mahir dan digunakan Tuhan secara luar biasa, juga dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni; meski demikian ia tidak bersikap menyerupai yang dilakukan oleh orang-orang dunia pada umumnya. "Sekalipun saya juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah." (Filipi 3:4). Justru sebaliknya ia berkata, "Jika saya harus bermegah, maka saya akan bermegah atas kelemahanku." (2 Korintus 11:30).
'Kelemahan' yang dimaksudkan bukanlah sesuatu yang seringkali menjadi titik lemah atau faktor penyebab seseorang mengalami jatuh berdiri dalam dosa. Kelemahan ini berbicara perihal masalah, tekanan, kesukaran, penderitaan atau pergumulan yang disebabkan saat seseorang hidup dalam kebenaran. (Bersambung)