Orang Kristen Yang Rohani (2)

Disadur dari , edisi 17 Januari 2016

Baca:  Galatia 6:1-10

"Sebab kalau seorang menyangka, bahwa dia berarti, padahal dia sama sekali tidak berarti, dia menipu dirinya sendiri."  Galatia 6:3

Ada efek luar biasa dikala seseorang bersikap lemah lembut.  "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah."  (Amsal 15:1).  Kelemahlembutan bisa meredakan permusuhan, amarah, pertikaian.  "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran."  (Kolose 3:12).

     2.  Mempraktekkan kasih dalam tindakan.  Di zaman kini ini orang cenderung bersikap egois dan tidak punya empati.  "...mencintai dirinya sendiri...tidak tahu mengasihi..."  (2 Timotius 3:2-3).  Dunia berprinsip bahwa memberi atau berkorban yaitu sebuah kerugian besar sebab kita kehilangan sesuatu.  Seorang Katolik rohani harus berprinsip ibarat yang Injil ajarkan,  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35).  Ini berbicara perihal kasih yang dipraktekkan.  "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kau memenuhi aturan Kristus."  (Galatia 6:2).  Apalah artinya kita gembar-gembor perihal kasih kalau hal itu cuma slogan?  "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."  (Galatia 6:10).

     3.  Tidak gampang menghakimi orang lain"Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka dia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."   (Galatia 6:4).  Adalah gampang menghakimi, mencari kesalahan dan kekurangan orang lain tetapi sulit sekali orang mendapatkan masukan, kritikan, teguran atau koreksi.  "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?"  (Matius 7:3).  Orang Katolik rohani akan selalu menguji diri sendiri terlebih dahulu sebelum dia melihat keberadaan orang lain.  "Jangan kau menghakimi, biar kau tidak dihakimi."  (Matius 7:1).  Suka menghakimi yaitu mengambarkan seseorang masih hidup dalam kedagingan.

"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, dia yaitu ciptaan baru: yang usang sudah berlalu, bantu-membantu yang gres sudah datang."  2 Korintus 5:17