Hidup Yang Memasyhurkan Tuhan
Disadur dari , edisi 9 Oktober 2019
Baca: Yesaya 43:8-21
"umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Yesaya 43:21
Sebagai umat pilihan Tuhan tidak seharusnya kita berperilaku sembarangan, melainkan hendaknya kita mempermuliakan dan memasyhurkan nama Tuhan melalui perbuatan kita. Apabila perbuatan sehari-hari kita tak baik, dengan sendirinya nama Tuhan turut terkotori karenanya. Hendaknya kita sadar bahwa keberadaan kita ialah surat-surat Kristus yang terbuka, yang sanggup dibaca dan dilihat oleh semua orang (2 Korintus 3:3). Jika 'surat' tersebut jelek isinya, terlihatlah terang sejauh mana kualitas kerohanian kita.
Ada pola sederhana: dikala ditinggalkan untuk selamanya oleh orang yang kita kasihi dikarenakan telah dipanggil 'pulang' Tuhan, maka kita tak boleh bersikap menyerupai orang-orang yang tak mengenal Tuhan: "...janganlah kau menoreh-noreh dirimu ataupun menggundul rambut di atas dahimu lantaran final hidup seseorang; sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN,...dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi." (Ulangan 14:1-2). Jadi, apabila ada saudara atau orang kita kasihi dipanggil Tuhan, kita tak boleh larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, menentang atau memberontak kepada Tuhan, alasannya sesuatu yang terjadi ialah seijin Tuhan, dan yang diperbuat Tuhan ialah yang terbaik.
Tuhan membentuk kita dengan cara-Nya demi pertumbuhan abjad yang dikehendaki-Nya. "Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, alasannya Aku telah menciptakan air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku;" (Yesaya 43:20). Kalau hewan saja sanggup bersyukur atas pemeliharaan dan kebaikan Tuhan, apalagi kita umat pilihan-Nya, harusnya bisa bersyukur, memuliakan Tuhan dan memasyhurkan nama-Nya di segala keadaan. Namun kita simpel sekali melupakan kebaikan Tuhan. Tak ada ucapan syukur, tak ada bibir yang memuliakan Tuhan, yang ada hanyalah keluh kesah. Hidup menyerupai ini tak memasyhurkan Tuhan, malah menghalangi orang lain mengenal Tuhan.
"Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita," Yesaya 63:7
Baca: Yesaya 43:8-21
"umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku." Yesaya 43:21
Sebagai umat pilihan Tuhan tidak seharusnya kita berperilaku sembarangan, melainkan hendaknya kita mempermuliakan dan memasyhurkan nama Tuhan melalui perbuatan kita. Apabila perbuatan sehari-hari kita tak baik, dengan sendirinya nama Tuhan turut terkotori karenanya. Hendaknya kita sadar bahwa keberadaan kita ialah surat-surat Kristus yang terbuka, yang sanggup dibaca dan dilihat oleh semua orang (2 Korintus 3:3). Jika 'surat' tersebut jelek isinya, terlihatlah terang sejauh mana kualitas kerohanian kita.
Ada pola sederhana: dikala ditinggalkan untuk selamanya oleh orang yang kita kasihi dikarenakan telah dipanggil 'pulang' Tuhan, maka kita tak boleh bersikap menyerupai orang-orang yang tak mengenal Tuhan: "...janganlah kau menoreh-noreh dirimu ataupun menggundul rambut di atas dahimu lantaran final hidup seseorang; sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN,...dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi." (Ulangan 14:1-2). Jadi, apabila ada saudara atau orang kita kasihi dipanggil Tuhan, kita tak boleh larut dalam kesedihan yang berkepanjangan, menentang atau memberontak kepada Tuhan, alasannya sesuatu yang terjadi ialah seijin Tuhan, dan yang diperbuat Tuhan ialah yang terbaik.
Tuhan membentuk kita dengan cara-Nya demi pertumbuhan abjad yang dikehendaki-Nya. "Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, alasannya Aku telah menciptakan air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku;" (Yesaya 43:20). Kalau hewan saja sanggup bersyukur atas pemeliharaan dan kebaikan Tuhan, apalagi kita umat pilihan-Nya, harusnya bisa bersyukur, memuliakan Tuhan dan memasyhurkan nama-Nya di segala keadaan. Namun kita simpel sekali melupakan kebaikan Tuhan. Tak ada ucapan syukur, tak ada bibir yang memuliakan Tuhan, yang ada hanyalah keluh kesah. Hidup menyerupai ini tak memasyhurkan Tuhan, malah menghalangi orang lain mengenal Tuhan.
"Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN, perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita," Yesaya 63:7