Menjadi Harta Kesayangan Tuhan
Disadur dari , edisi 14 Oktober 2019
Baca: Keluaran 19:1-25
"Jadi sekarang, bila kau sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kau akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, alasannya Akulah yang empunya seluruh bumi." Keluaran 19:5
Kalau kita punya sebuah barang kesayangan, mungkin lantaran berharga mahal dan limited edition, maka barang itu tidak akan ditaruh sembarangan, melainkan ditaruh di kawasan yang aman, semoga terhindar dari tangan-tangan jahil. Menjadi barang kesayangan artinya barang tersebut sangat berharga dan sangat berarti bagi pemiliknya, sehingga si pemilik niscaya akan menjaga dan merawat barang tersebut.
Tuhan Sang Pencipta langit dan bumi dengan segala isinya menyampaikan kepada bangsa Israel bahwa mereka bukan hanya sebagai umat pilihan-Nya, tapi juga harta kesayangan-Nya! Ini juga berlaku bagi kita orang percaya, yang yaitu Israel-Israel rohani, sebagaimana tertulis: "...kamulah bangsa yang terpilih...umat kepunyaan Allah sendiri...yang telah memanggil kau keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9). Untuk menjadi harta kesayangan Tuhan ada syaratnya, yaitu harus hidup dalam ketaatan, "...jika kau sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku," (ayat nas). Tuhan telah menyelamatkan bangsa Israel dengan membawa mereka keluar dari Mesir (lambang perbudakan dosa dan dunia), lantaran itu mereka harus mempunyai respons hati yang benar atas anugerah keselamatan ini dengan hidup berdasarkan kehendak-Nya. Hidup taat gampang diucapkan, tapi tak gampang dilakukan, lantaran ada harga yang harus dibayar, yaitu tidak lagi hidup sama menyerupai dunia, "...sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan saya bagi dunia." (Galatia 6:14).
Setelah 'dimerdekakan dari perbudakan di Mesir', kita harus hidup "...sebagai orang merdeka dan bukan menyerupai mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka,..." (1 Petrus 2:16), dan "...janganlah kau mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa," (Galatia 5:13). Kini tujuan hidup kita bukan lagi untuk diri sendiri, melainkan bagi Tuhan dan untuk kemuliaan nama-Nya, lantaran kita menjadi harta kesayangan-Nya.
Jangan kecewakan Tuhan dengan ketidaktaatan kita, alasannya kita ini milik kesayangan-Nya!
Baca: Keluaran 19:1-25
"Jadi sekarang, bila kau sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kau akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, alasannya Akulah yang empunya seluruh bumi." Keluaran 19:5
Kalau kita punya sebuah barang kesayangan, mungkin lantaran berharga mahal dan limited edition, maka barang itu tidak akan ditaruh sembarangan, melainkan ditaruh di kawasan yang aman, semoga terhindar dari tangan-tangan jahil. Menjadi barang kesayangan artinya barang tersebut sangat berharga dan sangat berarti bagi pemiliknya, sehingga si pemilik niscaya akan menjaga dan merawat barang tersebut.
Tuhan Sang Pencipta langit dan bumi dengan segala isinya menyampaikan kepada bangsa Israel bahwa mereka bukan hanya sebagai umat pilihan-Nya, tapi juga harta kesayangan-Nya! Ini juga berlaku bagi kita orang percaya, yang yaitu Israel-Israel rohani, sebagaimana tertulis: "...kamulah bangsa yang terpilih...umat kepunyaan Allah sendiri...yang telah memanggil kau keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:" (1 Petrus 2:9). Untuk menjadi harta kesayangan Tuhan ada syaratnya, yaitu harus hidup dalam ketaatan, "...jika kau sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku," (ayat nas). Tuhan telah menyelamatkan bangsa Israel dengan membawa mereka keluar dari Mesir (lambang perbudakan dosa dan dunia), lantaran itu mereka harus mempunyai respons hati yang benar atas anugerah keselamatan ini dengan hidup berdasarkan kehendak-Nya. Hidup taat gampang diucapkan, tapi tak gampang dilakukan, lantaran ada harga yang harus dibayar, yaitu tidak lagi hidup sama menyerupai dunia, "...sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan saya bagi dunia." (Galatia 6:14).
Setelah 'dimerdekakan dari perbudakan di Mesir', kita harus hidup "...sebagai orang merdeka dan bukan menyerupai mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka,..." (1 Petrus 2:16), dan "...janganlah kau mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa," (Galatia 5:13). Kini tujuan hidup kita bukan lagi untuk diri sendiri, melainkan bagi Tuhan dan untuk kemuliaan nama-Nya, lantaran kita menjadi harta kesayangan-Nya.
Jangan kecewakan Tuhan dengan ketidaktaatan kita, alasannya kita ini milik kesayangan-Nya!