Jangan Terbawa Arus Dunia (1)
Disadur dari , edisi 28 Oktober 2017
Baca: Ibrani 2:1-4
"Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, agar kita jangan hanyut dibawa arus." Ibrani 2:1
Kita harus menyadari bahwa waktu untuk berada di dunia ini sudah semakin singkat dan sedang berada di ujung waktu dari tamat zaman Tidak ada jalan lain selain kita harus lebih lagi mempersiapkan diri menanti waktu itu tiba. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kau hidup, janganlah menyerupai orang bebal, tetapi menyerupai orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, alasannya yaitu hari-hari ini yaitu jahat." (Efeses 5:15-16). Perhatikan! Keadaan ketika ini tak jauh berbeda dengan keadaan di zaman Nuh, di mana "...kejahatan insan besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5).
Meski kejahatan sangat merajalela dan orang-orang di zamannya berlaku menyimpang dari kebenaran, Nuh tidak terbawa oleh arus yang ada, tapi ia berani melawan arus, alias mempunyai kehidupan berbeda dari dunia. Orang percaya yang hidup di zaman kini ini pun dituntut untuk sanggup berlaku menyerupai Nuh. Jika hidup orang percaya setali tiga uang dengan orang-orang dunia, maka kita tidak lagi mempunyai efek atau dampak, padahal Injil terang menyatakan bahwa panggilan Tuhan bagi orang percaya adalah: "Janganlah kau menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kau sanggup membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Bukan pekerjaan yang gampang untuk menjadi langsung yang berbeda dari dunia! Seringkali ketika kita menciptakan janji untuk hidup benar dan tidak lagi berkompromi dengan dunia, seketika itu tantangan dan pencobaan datang, tawaran-tawaran dari dunia yang begitu menggiurkan tiba silih berganti. Akhirnya kita pun mengalah dan kembali melaksanakan tindakan kompromi dan menjadi suam-suam kuku lagi. Kepada jemaat di Laodikia Tuhan berfirman sangat keras: "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak masbodoh dan tidak panas. Alangkah baiknya bila engkau masbodoh atau panas! Jadi alasannya yaitu engkau suam-suam kuku, dan tidak masbodoh atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:15-16). Teguran terhadap jemaat Laodikia ini juga merupakan teguran Tuhan bagi kita! Tuhan tidak mengenal istilah kompromi.
Baca: Ibrani 2:1-4
"Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, agar kita jangan hanyut dibawa arus." Ibrani 2:1
Kita harus menyadari bahwa waktu untuk berada di dunia ini sudah semakin singkat dan sedang berada di ujung waktu dari tamat zaman Tidak ada jalan lain selain kita harus lebih lagi mempersiapkan diri menanti waktu itu tiba. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kau hidup, janganlah menyerupai orang bebal, tetapi menyerupai orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, alasannya yaitu hari-hari ini yaitu jahat." (Efeses 5:15-16). Perhatikan! Keadaan ketika ini tak jauh berbeda dengan keadaan di zaman Nuh, di mana "...kejahatan insan besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5).
Meski kejahatan sangat merajalela dan orang-orang di zamannya berlaku menyimpang dari kebenaran, Nuh tidak terbawa oleh arus yang ada, tapi ia berani melawan arus, alias mempunyai kehidupan berbeda dari dunia. Orang percaya yang hidup di zaman kini ini pun dituntut untuk sanggup berlaku menyerupai Nuh. Jika hidup orang percaya setali tiga uang dengan orang-orang dunia, maka kita tidak lagi mempunyai efek atau dampak, padahal Injil terang menyatakan bahwa panggilan Tuhan bagi orang percaya adalah: "Janganlah kau menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kau sanggup membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Bukan pekerjaan yang gampang untuk menjadi langsung yang berbeda dari dunia! Seringkali ketika kita menciptakan janji untuk hidup benar dan tidak lagi berkompromi dengan dunia, seketika itu tantangan dan pencobaan datang, tawaran-tawaran dari dunia yang begitu menggiurkan tiba silih berganti. Akhirnya kita pun mengalah dan kembali melaksanakan tindakan kompromi dan menjadi suam-suam kuku lagi. Kepada jemaat di Laodikia Tuhan berfirman sangat keras: "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak masbodoh dan tidak panas. Alangkah baiknya bila engkau masbodoh atau panas! Jadi alasannya yaitu engkau suam-suam kuku, dan tidak masbodoh atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:15-16). Teguran terhadap jemaat Laodikia ini juga merupakan teguran Tuhan bagi kita! Tuhan tidak mengenal istilah kompromi.