Perabot Mulia Atau Perabot Biasa

Disadur dari , edisi 9 Oktober 2017

Baca:  2 Timotius 2:20-26

"Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama digunakan untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia."  2 Timotius 2:20

Sesungguhnya Tuhan mempunyai rencana besar bagi setiap orang percaya, alasannya itu kita perlu diproses, dibuat dan dipersiapkan Tuhan terlebih dahulu biar kita benar-benar layak untuk melaksanakan setiap pekerjaan yang baik, yang telah dipersiapkan-Nya.  Namun banyak orang Katolik yang berkilah:  "Tak mungkin saya sanggup menjadi alat-Nya Tuhan untuk tujuan yang mulia, alasannya saya orang biasa dan tak punya kemampuan apa-apa."

     Bibel menyatakan bahwa di dalam rumah yang besar, terdapat dua jenis perabot:  1.  Perabot dari emas dan perak untuk maksud yang mulia.  2.  Perabot dari kayu dan tanah untuk maksud yang kurang mulia.  Apakah kita masuk dalam jenis perabot yang mulia atau yang biasa saja bukan ditentukan oleh latar belakang pendidikan, status sosial, warna kulit atau pemanis lainnya, tapi sangat ditentukan oleh keputusan dan pilihan hidup kita.  "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk digunakan tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:21).  Untuk menjadi perabot Tuhan untuk maksud yang mulia, dikuduskan, dan dipandang layak mengerjakan pekerjaan mulia, ada harga yang harus dibayar yaitu kita harus mau menyalibkan kedagingan kita, mau memisahkan diri dari hal-hal yang jahat, cemar dan najis.

     Mana yang Saudara pilih?  Tidak sedikit orang Katolik menentukan untuk melaksanakan pekerjaan  'biasa'  bagi Tuhan dan merasa puas menjadi perabot untuk maksud yang kurang mulia.  Alasan utamanya yaitu mereka tidak mau membayar harga!  Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai tekad yang berpengaruh untuk memisahkan diri dari  'dunia'  dan lebih menuruti impian dagingnya.  Mereka enggan keluar dari comfort zone dan tidak bersedia berpaling dari jalan duniawi untuk berjalan terus dengan Tuhan.  Sampai kapan kita ibarat itu?  Ingat!  Hari kedatangan Tuhan sudah sangat dekat!  Mari kita pergunakan waktu-waktu yang sisa ini untuk bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, memaksimalkan setiap potensi dan karunia yang ada dan melaksanakan yang terbaik bagi-Nya.

Tanpa mau membayar harga, kita tidak akan pernah menjadi perabot yang mulia!