Hidup Dalam Ketidakpuasan (1)
Disadur dari , edisi 1 Desember 2015
Baca: Bilangan 11:1-3
"Sebab itu orang menamai kawasan itu Tabera, dikarenakan telah menyala api TUHAN di antara mereka." Bilangan 11:3
Umumnya insan mempunyai sifat tidak pernah merasa puas, selalu merasa kurang dan selalu menginginkan lebih dan lebih. "Siapa mengasihi uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mengasihi kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah laba pemiliknya selain dari pada melihatnya?" (Pengkotbah 5:9-10). Hidup dalam ketidakpuasan juga dirasakan oleh bangsa Israel.
Mengeluh dan bersungut-sungut ialah tanda orang tidak puas dengan hidup yang dijalaninya. Saat menempuh perjalanan di padang gurun, sesudah terbebas dari perbudakan di Mesir, berbagai mujizat yang Tuhan nyatakan. "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka sanggup berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22). Tiang awan dan tiang api merupakan tanda pemeliharaan, dukungan dan penyertaan Tuhan bagi umat Israel di padang gurun. Dengan tiang awan mereka tidak merasa kepanasan di siang hari, sedangkan tiang api menjadi penghangat di tengah dinginnya malam. Bukan hanya itu, mereka juga mendapat kiriman makanan eksklusif dari sorga yaitu manna.
Suatu kehidupan yang luar biasa alasannya Tuhan sendiri menyertai, menuntun, memelihara dan membela mereka. Meski demikian orang-orang Israel tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluhkan nasib mereka, serta membanding-bandingkan dengan kehidupan kala berada di Mesir, padahal di sana mereka hanya budak. Karena terus bersungut-sungut "...bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka..." (Bilangan 11:1), sehingga memperabukan perkemahan mereka. Ini peringatan keras bagi orang yang suka bersungut-sungut. Lalu Musa berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan atas perilaku jelek umat Israel dan memohon belas kasihan-Nya, "...maka padamlah api itu." (Bilangan 11:2).
Belajarlah bersyukur, jangan terus mengeluh!
Baca: Bilangan 11:1-3
"Sebab itu orang menamai kawasan itu Tabera, dikarenakan telah menyala api TUHAN di antara mereka." Bilangan 11:3
Umumnya insan mempunyai sifat tidak pernah merasa puas, selalu merasa kurang dan selalu menginginkan lebih dan lebih. "Siapa mengasihi uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mengasihi kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah laba pemiliknya selain dari pada melihatnya?" (Pengkotbah 5:9-10). Hidup dalam ketidakpuasan juga dirasakan oleh bangsa Israel.
Mengeluh dan bersungut-sungut ialah tanda orang tidak puas dengan hidup yang dijalaninya. Saat menempuh perjalanan di padang gurun, sesudah terbebas dari perbudakan di Mesir, berbagai mujizat yang Tuhan nyatakan. "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka sanggup berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22). Tiang awan dan tiang api merupakan tanda pemeliharaan, dukungan dan penyertaan Tuhan bagi umat Israel di padang gurun. Dengan tiang awan mereka tidak merasa kepanasan di siang hari, sedangkan tiang api menjadi penghangat di tengah dinginnya malam. Bukan hanya itu, mereka juga mendapat kiriman makanan eksklusif dari sorga yaitu manna.
Suatu kehidupan yang luar biasa alasannya Tuhan sendiri menyertai, menuntun, memelihara dan membela mereka. Meski demikian orang-orang Israel tidak pernah merasa puas dan selalu mengeluhkan nasib mereka, serta membanding-bandingkan dengan kehidupan kala berada di Mesir, padahal di sana mereka hanya budak. Karena terus bersungut-sungut "...bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka..." (Bilangan 11:1), sehingga memperabukan perkemahan mereka. Ini peringatan keras bagi orang yang suka bersungut-sungut. Lalu Musa berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan atas perilaku jelek umat Israel dan memohon belas kasihan-Nya, "...maka padamlah api itu." (Bilangan 11:2).
Belajarlah bersyukur, jangan terus mengeluh!