Mempelai Kristus: Menjaga Kesucian
Disadur dari , edisi 10 November 2015
Baca: Wahyu 19:6-10
"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia." Wahyu 19:7
Kepada jemaat di Korintus rasul Paulus berkata, "...aku telah mempertunangkan kau kepada satu pria untuk membawa kau sebagai perawan suci kepada Kristus." (2 Korintus 11:2). Bagaimana perasaan mempelai pria kalau ia mendapati mempelai wanitanya ternyata sudah tidak suci atau tidak perawan lagi? Tentunya ia akan sangat kecewa, cemburu dan marah. Artinya mempelai perempuan itu tidak bisa menjaga diri dan telah gagal mempertahankan kesucian hidupnya.
Mempertahankan kesucian hidup di tengah dunia yang dipenuhi kecemaran bukanlah perkara mudah. Godaan-godaan dunia yang memperlihatkan kenikmatan sesaat, menyilaukan mata, dan menjanjikan materi yang melimpah menciptakan pertahanan doktrin orang percaya menjadi runtuh. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, lantaran ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14). Akhirnya mereka pun 'pindah ke lain hati', tidak lagi setia kepada Tuhan dan lebih menentukan dunia. Injil memperingatkan dengan keras: "Tidakkah kau tahu, bahwa persahabatan dengan dunia ialah permusuhan dengan Allah? Makara barangsiapa hendak menjadi sobat dunia ini, ia mengakibatkan dirinya musuh Allah...Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" (Yakobus 4:4-5).
Dalam masa-masa penantian jelang kedatangan Tuhan ini kita harus membentengi diri dengan perisai doktrin dan pedang Roh yaitu firman Tuhan, biar kita bisa bertahan di tengah godaan dunia ini. Rasul Yohanes menggambarkan sang mempelai "...memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Wahyu 19:8). Lenan halus melambangkan perbuatan-perbuatan kebenaran, artinya tidak sekedar bagus fisik tetapi harus hidup berkenan kepada Tuhan. Karena itu "...kejarlah kekudusan, alasannya ialah tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Selain itu mempelai perempuan haruslah orang yang senantiasa menyembah Tuhan, Dialah yang harus menjadi fokus utama pujian, penyembahan dan kekaguman, bukan langsung yang lain.
"sehingga kau sanggup menentukan apa yang baik, biar kau suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus," Filipi 1:10
Baca: Wahyu 19:6-10
"Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia." Wahyu 19:7
Kepada jemaat di Korintus rasul Paulus berkata, "...aku telah mempertunangkan kau kepada satu pria untuk membawa kau sebagai perawan suci kepada Kristus." (2 Korintus 11:2). Bagaimana perasaan mempelai pria kalau ia mendapati mempelai wanitanya ternyata sudah tidak suci atau tidak perawan lagi? Tentunya ia akan sangat kecewa, cemburu dan marah. Artinya mempelai perempuan itu tidak bisa menjaga diri dan telah gagal mempertahankan kesucian hidupnya.
Mempertahankan kesucian hidup di tengah dunia yang dipenuhi kecemaran bukanlah perkara mudah. Godaan-godaan dunia yang memperlihatkan kenikmatan sesaat, menyilaukan mata, dan menjanjikan materi yang melimpah menciptakan pertahanan doktrin orang percaya menjadi runtuh. "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, lantaran ia diseret dan dipikat olehnya." (Yakobus 1:14). Akhirnya mereka pun 'pindah ke lain hati', tidak lagi setia kepada Tuhan dan lebih menentukan dunia. Injil memperingatkan dengan keras: "Tidakkah kau tahu, bahwa persahabatan dengan dunia ialah permusuhan dengan Allah? Makara barangsiapa hendak menjadi sobat dunia ini, ia mengakibatkan dirinya musuh Allah...Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" (Yakobus 4:4-5).
Dalam masa-masa penantian jelang kedatangan Tuhan ini kita harus membentengi diri dengan perisai doktrin dan pedang Roh yaitu firman Tuhan, biar kita bisa bertahan di tengah godaan dunia ini. Rasul Yohanes menggambarkan sang mempelai "...memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Wahyu 19:8). Lenan halus melambangkan perbuatan-perbuatan kebenaran, artinya tidak sekedar bagus fisik tetapi harus hidup berkenan kepada Tuhan. Karena itu "...kejarlah kekudusan, alasannya ialah tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Selain itu mempelai perempuan haruslah orang yang senantiasa menyembah Tuhan, Dialah yang harus menjadi fokus utama pujian, penyembahan dan kekaguman, bukan langsung yang lain.
"sehingga kau sanggup menentukan apa yang baik, biar kau suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus," Filipi 1:10