Mendapatkan Kasih Karunia Tuhan
Disadur dari , edisi 18 November 2018
Baca: Bilangan 6:22-27
"TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;" Bilangan 6:25
Kasih karunia atau anugerah berasal dari bahasa asli 'khen' (Ibrani) atau 'kharis' (Yunani), yang diartikan sebagai perbuatan atasan kepada bawahannya, dimana sebetulnya bawahannya itu tidak layak menerimanya. Pemberian kasih karunia itu semata-mata ada di bawah otoritas Tuhan sendiri atau hak prerogatif Tuhan. Prinsip kasih karunia itu tiba dari atas, dari Tuhan kepada manusia, padahal sesungguhnya insan tidak layak untuk menerimanya. "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." (Keluaran 33:19b).
Hidup di bawah kasih karunia Tuhan ialah hidup di dalam perlakuan istimewa dari Tuhan. Salah satu tokoh di Bibel yang mendapatkan kasih karunia dari Tuhan ialah Nuh, menyerupai tertulis: "...Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN." (Kejadian 6:8). Mengapa Nuh beroleh kasih karunia Tuhan? Karena "...Nuh ialah seorang yang benar." (Kejadian 6:9). Siapakah orang benar itu? "...kita akan menjadi benar, apabila kita melaksanakan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, menyerupai yang diperintahkan-Nya kepada kita." (Ulangan 6:25). Jadi, orang benar ialah orang yang taat melaksanakan kehendak Tuhan atau pelaku firman. Ketaatan inilah yang menggerakkan hati Tuhan untuk menyelamatkan orang benar. "Orang benar diselamatkan dari kesukaran, kemudian orang fasik menggantikannya." (Amsal 11:8).
Selain itu, Nuh ialah seorang yang "...tidak bercela di antara orang-orang sezamannya;" (Kejadian 6:9) dan hidup bergaul karib dengan Tuhan. Ketika orang-orang sezamannya hidup dalam kejahatan, menyimpang dari kehendak Tuhan, Nuh berani tampil beda dengan hidup tak bercela dan tetap menjaga persekutuannya dengan Tuhan. Ia tidak mau berkompromi dengan cara hidup dunia. Rasul Paulus menasihati: "Saudara-saudaraku yang kekasih, alasannya kita kini mempunyai janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." (2 Korintus 7:1).
Ingin mendapatkan kasih karunia (perlakuan khusus) dari Tuhan? Mari kita meneladani hidup Nuh yang tak mengenal kompromi!
Baca: Bilangan 6:22-27
"TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;" Bilangan 6:25
Kasih karunia atau anugerah berasal dari bahasa asli 'khen' (Ibrani) atau 'kharis' (Yunani), yang diartikan sebagai perbuatan atasan kepada bawahannya, dimana sebetulnya bawahannya itu tidak layak menerimanya. Pemberian kasih karunia itu semata-mata ada di bawah otoritas Tuhan sendiri atau hak prerogatif Tuhan. Prinsip kasih karunia itu tiba dari atas, dari Tuhan kepada manusia, padahal sesungguhnya insan tidak layak untuk menerimanya. "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." (Keluaran 33:19b).
Hidup di bawah kasih karunia Tuhan ialah hidup di dalam perlakuan istimewa dari Tuhan. Salah satu tokoh di Bibel yang mendapatkan kasih karunia dari Tuhan ialah Nuh, menyerupai tertulis: "...Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN." (Kejadian 6:8). Mengapa Nuh beroleh kasih karunia Tuhan? Karena "...Nuh ialah seorang yang benar." (Kejadian 6:9). Siapakah orang benar itu? "...kita akan menjadi benar, apabila kita melaksanakan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, menyerupai yang diperintahkan-Nya kepada kita." (Ulangan 6:25). Jadi, orang benar ialah orang yang taat melaksanakan kehendak Tuhan atau pelaku firman. Ketaatan inilah yang menggerakkan hati Tuhan untuk menyelamatkan orang benar. "Orang benar diselamatkan dari kesukaran, kemudian orang fasik menggantikannya." (Amsal 11:8).
Selain itu, Nuh ialah seorang yang "...tidak bercela di antara orang-orang sezamannya;" (Kejadian 6:9) dan hidup bergaul karib dengan Tuhan. Ketika orang-orang sezamannya hidup dalam kejahatan, menyimpang dari kehendak Tuhan, Nuh berani tampil beda dengan hidup tak bercela dan tetap menjaga persekutuannya dengan Tuhan. Ia tidak mau berkompromi dengan cara hidup dunia. Rasul Paulus menasihati: "Saudara-saudaraku yang kekasih, alasannya kita kini mempunyai janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah." (2 Korintus 7:1).
Ingin mendapatkan kasih karunia (perlakuan khusus) dari Tuhan? Mari kita meneladani hidup Nuh yang tak mengenal kompromi!