Piala Milik Sang Pemenang
Disadur dari , edisi 21 November 2018
Baca: Mazmur 116:1-19
"Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN," Mazmur 116:13
Berbicara tentang 'piala' pikiran kita niscaya tertuju pada seseorang yang sedang berada di atas podium juara, seseorang yang telah memenangkan sebuah pertandingan. 'Piala' yakni cawan berkaki dibentuk dari emas, perak dan sebagainya, digunakan sebagai daerah minum raja-raja dan orang-orang besar; atau cawan berkaki dan kadang bertelinga, biasanya diberi goresan pena sebagai tanda peringatan, terbuat dari emas, perak dan sebagainya, digunakan sebagai hadiah bagi para pemenang perlombaan. Dua jenis piala: 1. Piala bergilir, diperebutkan dalam pertandingan yang diadakan setahun sekali atau lebih, dan diberikan secara bergilir kepada pemenang selama masa pertandingan yang satu ke pertandingan berikutnya (jika pada pertandingan berikutnya pemenang terdahulu kalah, ia harus melepaskan piala itu). 2. Piala tetap, menjadi milik pemenang selamanya.
Memperoleh piala yakni harapan semua olahragawan yang berlaga di sebuah pertandingan. Itulah yang menjadi motivasi, penggerak, pendorong dan penyemangat baginya untuk berjuang all out di lapangan. Kehidupan kekristenan pun yakni sebuah arena pertandingan iman. Oleh alasannya itu "...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1). Yang tak boleh dilupakan adalah, setiap pertandingan membutuhkan usaha dan pengorbanan. Makara ada harga yang harus dibayar bila kita ingin mendapat piala, alasannya piala tidak pernah diberikan secara gratis atau cuma-cuma, tapi harus diupayakan, butuh kerja keras, semangat dan pantang menyerah. Tidak ada istilah santai atau leha-leha! Dalam pertandingan ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh para penerima lomba. Jika kita melanggar hukum tersebut kita akan terkena diskualifikasi.
Dalam pertandingan iktikad kita pun harus taat kepada hukum Tuhan yaitu firman Tuhan. "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, semoga setelah memberitakan Alkitab kepada orang lain, jangan saya sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Piala tersedia bagi orang yang bisa menuntaskan pertandingan hingga garis tamat dan hidup sesuai hukum Tuhan!
Baca: Mazmur 116:1-19
"Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN," Mazmur 116:13
Berbicara tentang 'piala' pikiran kita niscaya tertuju pada seseorang yang sedang berada di atas podium juara, seseorang yang telah memenangkan sebuah pertandingan. 'Piala' yakni cawan berkaki dibentuk dari emas, perak dan sebagainya, digunakan sebagai daerah minum raja-raja dan orang-orang besar; atau cawan berkaki dan kadang bertelinga, biasanya diberi goresan pena sebagai tanda peringatan, terbuat dari emas, perak dan sebagainya, digunakan sebagai hadiah bagi para pemenang perlombaan. Dua jenis piala: 1. Piala bergilir, diperebutkan dalam pertandingan yang diadakan setahun sekali atau lebih, dan diberikan secara bergilir kepada pemenang selama masa pertandingan yang satu ke pertandingan berikutnya (jika pada pertandingan berikutnya pemenang terdahulu kalah, ia harus melepaskan piala itu). 2. Piala tetap, menjadi milik pemenang selamanya.
Memperoleh piala yakni harapan semua olahragawan yang berlaga di sebuah pertandingan. Itulah yang menjadi motivasi, penggerak, pendorong dan penyemangat baginya untuk berjuang all out di lapangan. Kehidupan kekristenan pun yakni sebuah arena pertandingan iman. Oleh alasannya itu "...marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1). Yang tak boleh dilupakan adalah, setiap pertandingan membutuhkan usaha dan pengorbanan. Makara ada harga yang harus dibayar bila kita ingin mendapat piala, alasannya piala tidak pernah diberikan secara gratis atau cuma-cuma, tapi harus diupayakan, butuh kerja keras, semangat dan pantang menyerah. Tidak ada istilah santai atau leha-leha! Dalam pertandingan ada aturan-aturan yang harus ditaati oleh para penerima lomba. Jika kita melanggar hukum tersebut kita akan terkena diskualifikasi.
Dalam pertandingan iktikad kita pun harus taat kepada hukum Tuhan yaitu firman Tuhan. "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, semoga setelah memberitakan Alkitab kepada orang lain, jangan saya sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Piala tersedia bagi orang yang bisa menuntaskan pertandingan hingga garis tamat dan hidup sesuai hukum Tuhan!