Berbelas Kasih Kepada Orang Yang Lemah
Disadur dari , edisi 21 Juli 2019
Baca: Imamat 25:1-22
"Janganlah kau merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, lantaran Akulah TUHAN,..." Imamat 25:17
Sudah menjadi hal yang biasa bila orang-orang yang kaya, berdasarkan ukuran dunia ini, memandang rendah orang-orang yang lemah dan miskin. Itulah dunia yang selalu melihat apa yang terlihat secara kasat mata! Berbeda dengan Tuhan yang selalu melihat hati. Tuhan begitu menyayangi dan berbelas kasihan terhadap umat-Nya yang lemah tak berdaya, tak dipandang remeh, "Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang impian orang sengsara." (Mazmur 9:19), dan "orang miskin dibentengi-Nya terhadap penindasan," (Mazmur 107:41).
Oleh lantaran itu Tuhan berbicara kepada Musa ketika beliau berada di gunung Sinai, memerintahkan bangsa Israel untuk tidak saling merugikan dan harus takut akan Tuhan. Tetapi sifat insan semenjak dari zaman dahulu hingga kini ini tidak pernah berubah. Orang-orang kaya bertindak semena-mena terhadapa mereka yang miskin; lantaran merasa punya uang atau dapat membayar atau membeli tenaga, orang kaya memperdaya mereka yang miskin papa. Yang berpengaruh secara ekonomi menindas mereka yang lemah. Perbuatan-perbuatan semacam ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dunia, tapi banyak juga orang-orang yang mengaku diri sebagai orang percaya juga berlaku demikian. Kehidupan yang mencerminkan sifat Kristus hanya terjadi ketika berada di ruangan gedung gereja. Saat berada di dalam rumah, di daerah pekerjaan, di dunia perdagangan atau bisnis, mereka menawarkan sifat aslinya yakni tak punya belas kasihan.
Tuhan berfirman, "Apabila kau menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kau merugikan satu sama lain." (Imamat 25:14). Bukankah sudah lazim bila orang kaya menekan orang miskin dalam praktik perdagangan? Majikan-majikan ibu rumah tangga menekan para ajudan rumah tangga sedemikian rupa dengan pekerjaan yang tak mengenal waktu, dengan upah yang serendah mungkin? Seperti itukah perilaku seorang pengikut Kristus? Orang yang takut akan Tuhan niscaya takkan melaksanakan tindakan demikian, yakni menekan orang yang miskin atau yang lemah.
"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu." Amsal 19:17
Baca: Imamat 25:1-22
"Janganlah kau merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, lantaran Akulah TUHAN,..." Imamat 25:17
Sudah menjadi hal yang biasa bila orang-orang yang kaya, berdasarkan ukuran dunia ini, memandang rendah orang-orang yang lemah dan miskin. Itulah dunia yang selalu melihat apa yang terlihat secara kasat mata! Berbeda dengan Tuhan yang selalu melihat hati. Tuhan begitu menyayangi dan berbelas kasihan terhadap umat-Nya yang lemah tak berdaya, tak dipandang remeh, "Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang impian orang sengsara." (Mazmur 9:19), dan "orang miskin dibentengi-Nya terhadap penindasan," (Mazmur 107:41).
Oleh lantaran itu Tuhan berbicara kepada Musa ketika beliau berada di gunung Sinai, memerintahkan bangsa Israel untuk tidak saling merugikan dan harus takut akan Tuhan. Tetapi sifat insan semenjak dari zaman dahulu hingga kini ini tidak pernah berubah. Orang-orang kaya bertindak semena-mena terhadapa mereka yang miskin; lantaran merasa punya uang atau dapat membayar atau membeli tenaga, orang kaya memperdaya mereka yang miskin papa. Yang berpengaruh secara ekonomi menindas mereka yang lemah. Perbuatan-perbuatan semacam ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dunia, tapi banyak juga orang-orang yang mengaku diri sebagai orang percaya juga berlaku demikian. Kehidupan yang mencerminkan sifat Kristus hanya terjadi ketika berada di ruangan gedung gereja. Saat berada di dalam rumah, di daerah pekerjaan, di dunia perdagangan atau bisnis, mereka menawarkan sifat aslinya yakni tak punya belas kasihan.
Tuhan berfirman, "Apabila kau menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kau merugikan satu sama lain." (Imamat 25:14). Bukankah sudah lazim bila orang kaya menekan orang miskin dalam praktik perdagangan? Majikan-majikan ibu rumah tangga menekan para ajudan rumah tangga sedemikian rupa dengan pekerjaan yang tak mengenal waktu, dengan upah yang serendah mungkin? Seperti itukah perilaku seorang pengikut Kristus? Orang yang takut akan Tuhan niscaya takkan melaksanakan tindakan demikian, yakni menekan orang yang miskin atau yang lemah.
"Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu." Amsal 19:17