Hati Yang Benar: Menunjang Keberhasilan
Disadur dari , edisi 26 Juli 2017
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah perjuangan orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga." Mazmur 127:1
Keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup ini sangat ditentukan oleh banyak sekali faktor yang mendukung. Diawali dari sebuah impian atau cita-cita, ketekunan, kesungguhan, kerja keras, kecakapan khusus, perilaku yang tidak gampang putus asa, orang-orang di sekitarnya dan masih banyak lagi. Namun semua ini tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Tuhan.
Salomo, yang ialah anak Daud dan juga raja, mengakui hal ini (ayat nas). Karena itu diharapkan sebuah hati yang penuh penyerahan diri kepada Tuhan, hati yang senantiasa menempel kepada-Nya, dan hati yang senantiasa selaras dengan kehendak Tuhan, itulah yang akan menuntun seseorang kepada sebuah pencapaian cita-cita, impian dan harapan. Jika Tuhan menilik bumi untuk mencari pemimpin, Ia tidak mencari orang dengan kriteria-kriteria jasmaniah sebagaimana insan biasa menentukan dan menilai sesamanya, "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a). Kalau kita menentukan dan menilai seseorang dari apa yang terlihat secara kasat mata kita niscaya akan kecewa, lantaran apa yang tampak dari luar sanggup mengelabui dan menipu. Saat Tuhan mencari pemimpin Ia hanya mencari orang-orang yang memenuhi kriteria-Nya, yang mempunyai kualitas tertentu, menyerupai Ia temukan dalam diri Daud, raja Israel. "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah menerima Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melaksanakan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22).
Kualitas pertama yang Tuhan lihat dalam diri Daud ialah hatinya. Hati Daud senantiasa menempel kepada Tuhan, artinya hidupnya berkenan kepada Tuhan dan senantiasa taat melaksanakan kehendak-Nya. Tuhan mencari orang-orang yang hatinya senantiasa berpaut kepada-Nya, hati yang terbebas dari segala bentuk kejahatan.
"...sebab TUHAN menilik segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." 1 Tawarikh 28:9
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah perjuangan orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga." Mazmur 127:1
Keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup ini sangat ditentukan oleh banyak sekali faktor yang mendukung. Diawali dari sebuah impian atau cita-cita, ketekunan, kesungguhan, kerja keras, kecakapan khusus, perilaku yang tidak gampang putus asa, orang-orang di sekitarnya dan masih banyak lagi. Namun semua ini tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Tuhan.
Salomo, yang ialah anak Daud dan juga raja, mengakui hal ini (ayat nas). Karena itu diharapkan sebuah hati yang penuh penyerahan diri kepada Tuhan, hati yang senantiasa menempel kepada-Nya, dan hati yang senantiasa selaras dengan kehendak Tuhan, itulah yang akan menuntun seseorang kepada sebuah pencapaian cita-cita, impian dan harapan. Jika Tuhan menilik bumi untuk mencari pemimpin, Ia tidak mencari orang dengan kriteria-kriteria jasmaniah sebagaimana insan biasa menentukan dan menilai sesamanya, "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9a). Kalau kita menentukan dan menilai seseorang dari apa yang terlihat secara kasat mata kita niscaya akan kecewa, lantaran apa yang tampak dari luar sanggup mengelabui dan menipu. Saat Tuhan mencari pemimpin Ia hanya mencari orang-orang yang memenuhi kriteria-Nya, yang mempunyai kualitas tertentu, menyerupai Ia temukan dalam diri Daud, raja Israel. "Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah menerima Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melaksanakan segala kehendak-Ku." (Kisah 13:22).
Kualitas pertama yang Tuhan lihat dalam diri Daud ialah hatinya. Hati Daud senantiasa menempel kepada Tuhan, artinya hidupnya berkenan kepada Tuhan dan senantiasa taat melaksanakan kehendak-Nya. Tuhan mencari orang-orang yang hatinya senantiasa berpaut kepada-Nya, hati yang terbebas dari segala bentuk kejahatan.
"...sebab TUHAN menilik segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." 1 Tawarikh 28:9