Menjadi Anak Yang Terhilang
Disadur dari , edisi 5 Agustus 2017
Baca: Lukas 15:11-32
"Bapa, saya telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, saya tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah saya sebagai salah seorang upahan bapa." Lukas 15:18-19
Perumpamaan ihwal anak yang hilang menggambarkan seorang anak yang tidak menyukai hidup dalam dominasi orang tua. Ia berkeinginan hidup bebas dari pengawasan dan bebas memakai harta milik yang diklamin sebagai miliknya. "Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu kemudian pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya." (ayat 13). Model anak ibarat ini banyak dijumpai, tak terkecuali pada mereka yang berstatus 'Kristen'.
Ada banyak orang Nasrani tidak merasa dirinya masuk kategori 'anak yang hilang', alasannya yaitu berdasarkan mereka anak yang hilang yaitu mereka yang meninggalkan gereja dan hidup dalam hingar bingar duniawi. Selama masih pergi ke gereja, terlibat dalam pelayanan dan tidak melaksanakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, kita berpikir kita hidup dalam pertobatan dan tidak masuk kategori anak yang hilang. Benarkah? Sesungguhnya pertobatan yang Tuhan kehendaki lebih dari itu, yaitu kita sungguh-sungguh memberi diri hidup dalam penguasaan Tuhan dan kendali Roh Kudus sepenuhnya. Selama masih hidup berdasarkan kehendak diri sendiri kita tergolong sebagai anak yang terhilang, meski secara lahiriah tampak beribadah. "Jikalau kita hidup oleh Roh, oke hidup kita juga dipimpin oleh Roh," (Galatia 5:25).
Ciri konkret anak yang terhilang yaitu hidup dalam kendali diri sendiri. Mereka memakai waktu, tenaga, uang, dan apa yang dimiliki sesuka hati untuk kepentingan diri sendiri dan berdasarkan selera sendiri, bukan berdasarkan kehendak Tuhan. Pertobatan yaitu kesediaan tiba kepada Bapa dan bersedia hidup dalam kekuasaan atau dominasi Bapa. Si bungsu yang bertobat berkata, "Bapa, saya telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, saya tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah saya sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Kesediaannya untuk tidak memakai haknya sebagai anak dan rela diperlakukan sebagai hamba oleh bapa yaitu bukti kesungguhannya bertobat.
Sudahkah kita bertobat setiap hari dan tunduk kepada kehendak Bapa?
Baca: Lukas 15:11-32
"Bapa, saya telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, saya tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah saya sebagai salah seorang upahan bapa." Lukas 15:18-19
Perumpamaan ihwal anak yang hilang menggambarkan seorang anak yang tidak menyukai hidup dalam dominasi orang tua. Ia berkeinginan hidup bebas dari pengawasan dan bebas memakai harta milik yang diklamin sebagai miliknya. "Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu kemudian pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya." (ayat 13). Model anak ibarat ini banyak dijumpai, tak terkecuali pada mereka yang berstatus 'Kristen'.
Ada banyak orang Nasrani tidak merasa dirinya masuk kategori 'anak yang hilang', alasannya yaitu berdasarkan mereka anak yang hilang yaitu mereka yang meninggalkan gereja dan hidup dalam hingar bingar duniawi. Selama masih pergi ke gereja, terlibat dalam pelayanan dan tidak melaksanakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, kita berpikir kita hidup dalam pertobatan dan tidak masuk kategori anak yang hilang. Benarkah? Sesungguhnya pertobatan yang Tuhan kehendaki lebih dari itu, yaitu kita sungguh-sungguh memberi diri hidup dalam penguasaan Tuhan dan kendali Roh Kudus sepenuhnya. Selama masih hidup berdasarkan kehendak diri sendiri kita tergolong sebagai anak yang terhilang, meski secara lahiriah tampak beribadah. "Jikalau kita hidup oleh Roh, oke hidup kita juga dipimpin oleh Roh," (Galatia 5:25).
Ciri konkret anak yang terhilang yaitu hidup dalam kendali diri sendiri. Mereka memakai waktu, tenaga, uang, dan apa yang dimiliki sesuka hati untuk kepentingan diri sendiri dan berdasarkan selera sendiri, bukan berdasarkan kehendak Tuhan. Pertobatan yaitu kesediaan tiba kepada Bapa dan bersedia hidup dalam kekuasaan atau dominasi Bapa. Si bungsu yang bertobat berkata, "Bapa, saya telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, saya tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah saya sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19). Kesediaannya untuk tidak memakai haknya sebagai anak dan rela diperlakukan sebagai hamba oleh bapa yaitu bukti kesungguhannya bertobat.
Sudahkah kita bertobat setiap hari dan tunduk kepada kehendak Bapa?