Sisi Faktual Di Balik Sebuah Tekanan

Disadur dari , edisi 2 Agustus 2017

Baca:  Mazmur 119:65-72

"Bahwa saya tertindas itu baik bagiku, agar saya berguru ketetapan-ketetapan-Mu."  Mazmur 119:71

John Willard Marriott, yang lahir 17 September 1900 dan meninggal 13 Agustus 1985, ialah seorang wirausahawan dan pengusaha kenamaan dari Amerika Serikat.  Ia merupakan pendiri dari Marriott International, perusahaan induk dari perusahaan ramah tamah terbesar, rantai hotel, dan pelayanan makanan.  Ada kalimat bijak yang populer dari JW Marriott ini:  "Kayu yang baik tidak tumbuh dengan mudah;  semakin kencang angin, semakin kuatlah pohon."  Artinya sebuah pohon kayu akan terlihat kualitasnya saat bisa bangun berpengaruh di tengah terpaan angin yang datang.  Teruji alasannya melewati proses!

     Tekanan, penindasan, masalah, kesulitan, penderitaan dan sebagainya ialah bentuk proses yang terkadang Tuhan ijinkan untuk kita jalani.  Ketika diperhadapkan dengan proses itu kebanyakan dari kita akan mengeluh, bersungut-sungut, marah, kecewa, putus asa, protes, menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan dan bahkan menyalahkan Tuhan.  Sadar atau tidak, semuanya itu ialah salah satu cara yang digunakan Tuhan untuk menegur kita, melatih akidah kita dan membentuk kita agar menjadi eksklusif yang berkualitas.  Tetapi semua sangat bergantung pada cara pandang tiap-tiap orang dalam menyikapinya.  Kalau kita melihat dari sisi positif, tekanan yang ada justru semakin menyadarkan kita akan keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, sehingga hal itu akan mendorong kita untuk mencari Tuhan dengan sungguh, bergantung pada-Nya dan berharap hanya kepada Tuhan;  kita yang sebelumnya hidup menyimpang dari jalan-jalan Tuhan kini mulai berguru mempunyai penyerahan diri penuh dengan kehendak Tuhan.

     Pemazmur mempunyai pengalaman hidup yang demikian:  "Sebelum saya tertindas, saya menyimpang, tetapi kini saya berpegang pada janji-Mu."  (ayat 67).  Jadi, selalu ada maksud yang Tuhan ingin sampaikan melalui keadaan yang mungkin tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan secara daging, yaitu agar kita tidak lagi hidup dalam pelanggaran demi pelanggaran, dan semakin menyadari bahwa selama ini kita telah jauh meninggalkan Tuhan dan hidup sekehendak hati.

Tekanan-tekanan dalam kehidupan akan membentuk kita menjadi eksklusif yang tidak gampang rapuh, semakin berpengaruh dan berkenan di pemandangan Tuhan!