Hanya Memanfaatkan Yang Kuasa (1)

Disadur dari , edisi 29 Oktober 2015

Baca:  1 Samuel 4:1b-22

"Mengapa TUHAN menciptakan kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, biar Ia tiba ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita."  1 Samuel 4:3

Tatkala Eli menjabat sebagai imam di Israel, orang-orang Israel sedang dalam situasi yang genting sebab mereka menerima serangan dari bangsa Filistin, dan dalam pertempuran tersebut mereka seringkali harus menelan pil kekalahan.  Menyadari hal itu tua-tua Israel pun mengusulkan biar mereka membawa tabut perjanjian Tuhan dari Silo ke tengah-tengah perkemahan mereka dengan impian bahwa dengan mengandalkan tabut perjanjian tersebut bangsa Israel sanggup mengalahkan musuh.  Tetapi faktanya?  Bangsa Israel justru mengalami kekalahan yang jauh lebih besar,  "...dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki."  (ayat 10).  Bangsa Israel bukan hanya gagal memperoleh kemenangan dengan adanya tabut perjanjian tersebut, bahkan tabut perjanjian itu juga dirampas oleh musuh, mirip peribahasa  'sudah jatuh tertimpa tangga pula.'

     Mengapa hal itu terjadi?  Bukankah tabut perjanjian ialah lambang kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya?  Bangsa Israel mengira bahwa tabut perjanjian itu akan menjadi jaminan bahwa Tuhan berkenan menyatakan kebesaran dan kuasa-Nya tanpa syarat.  Apakah dengan kekalahan ini berarti Tuhan yang mereka sembah ialah Tuhan yang gagal dan tidak punya kuasa?  Sekali-kali tidak!  Kegagalan bangsa Israel sama sekali bukanlah kegagalan tabut perjanjian atau kegagalan Tuhan.  Kegagalan terjadi sebab mereka telah menyalahgunakan tabut perjanjian Tuhan.  Mereka hanya memanfaatkan dan memperalat tabut perjanjian Tuhan di kala perlu saja.

     Bangsa Israel menderita kekalahan sebab mereka tidak hidup dalam ketaatan dan cenderung menyepelekan Tuhan.  Menurut peraturan, sebelum mengangkut tabut perjanjian Tuhan para imam harus terlebih dahulu mempersembahkan korban bakaran.  Setelah berdoa mereka gres mengangkut tabut perjanjian itu dengan hati-hati dan penuh hormat.  Namun dalam bencana itu tabut perjanjian tersebut malah diangkut oleh dua anak imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas.  Tentang kehidupan belum dewasa imam Eli ini Injil dengan terang mencatat:  "Adapun belum dewasa lelaki Eli ialah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,"  (1 Samuel 2:12).  (Bersambung)