Mempelai Kristus: Bukan Kanak-Kanak

Disadur dari , edisi 9 November 2015

Baca:  Kidung Agung 8:8-10

"Kami memiliki seorang adik perempuan, yang belum memiliki buah dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik perempuan kami pada hari dia dipinang?"  Kidung Agung 8:8

Dalam kekristenan orang Katolik diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu Katolik kanak-kanak rohani dan Katolik dewasa rohani.  Kedewasaan rohani tidak ada sangkut pautnya dengan usia seseorang, tidak juga ditentukan berapa usang dia sudah menjadi Kristen.  Kedewasaan rohani seseorang terbentuk melalui proses di mana dia mau membayar harga untuk bergaul karib dengan Tuhan, secara konsisten berjalan dengan-Nya, tunduk kepada pimpinan Roh Kudus dan komitmennya untuk membangun dasar iktikad melalui perenungan firman Tuhan setiap hari.  Yang menjadi tanda bahwa seseorang telah mencapai kedewasaan rohani ialah adanya perubahan hidup.  "Sebab dari buahnya pohon itu dikenal."  (Matius 12:33b), yaitu buah yang sesuai dengan pertobatan.

     Masa kini ialah masa-masa simpulan di mana kita sedang menanti kedatangan Kristus kali yang ke-2.  Yang harus dipahami ialah kedatangan Kristus ke dunia kelak tidak lagi sama menyerupai saat Ia tiba sebagai bayi yang lahir di Betlehem, tetapi sebagai mempelai laki-laki sorga yang hendak menjemput mempelai wanita-Nya.  Menurut undang-undang perkawinan di Indonesia yaitu undang-undang RI no. 1 tahun 1974 wacana perkawinan, tepatnya di pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diijinkan kalau laki-laki sudah mencapai umur 19 tahun, sedangkan pihak wanitanya sudah mencapai umur 16 tahun.  Itu artinya untuk menjadi mempelai perempuan haruslah sudah cukup umur, bukan di bawah umur  (kanak-kanak).

     Kaprikornus siapa yang akan menjadi mempelai wanita-Nya?  Seperti halnya laki-laki hanya akan menikah dengan perempuan yang sudah cukup umur, begitu pula dengan Kristus, Ia hanya akan menentukan orang-orang Katolik yang dewasa rohani untuk menjadi  'mempelai-Nya', bukan yang masih kanak-kanak rohani.  Karena itu  "Saudara-saudara, janganlah sama menyerupai anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!"  (1 Korintus 14:20).

Mari terus bertumbuh di dalam Tuhan hingga kita mencapai kedewasaan rohani, hingga kita layak menjadi mempelai Kristus.