Hidup Yang Menghasilkan Buah
Disadur dari , edisi 11 September 2019
Baca: Mazmur 67:1-8
"Tanah telah memberi hasilnya; ...Allah kita, memberkati kita." Mazmur 67:7
Semua orang yang menanam pohon tentunya berharap bahwa pohon atau benih yang ditanamnya itu bukan sekedar tumbuh dan berdaun lebat, melainkan sanggup menghasilkan buah atau panenan, "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a). Inilah kerinduan Tuhan bagi orang percaya yaitu kehidupan yang berbuah. Apabila kita berbuah banyak, maka Bapa dipermuliakan di dalam hidup kita (Yohanes 15:8). Untuk sanggup bertumbuh dan berbuah, akar pohon harus merambat masuk ke dalam tanah, dan semakin dalam akar itu menembus tanah semakin memungkinkan untuk mencapai sumber air dan mendapat sari-sari makanan yang dibutuhkan.
Begitu pula kerinduan rohani kita, untuk sanggup bertumbuh dan berbuah, kita perlu berakar berpengaruh secara mendalam di dalam firman Tuhan, sebab "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Hal fundamental yang harus dilakukan untuk sanggup berakar berpengaruh di dalam firman Tuhan ialah miliki respons hati yang benar terhadap firman Tuhan itu sendiri, "...terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu," (Yakobus 1:21). Hati kita ini mirip tanah yang siap ditaburi benih firman, lantaran itu kondisi hati kita sangat memilih apakah benih firman itu sanggup bertumbuh dengan baik atau tidak. Hati yang lemah lembut ialah citra tanah yang gembur (tidak keras), mau dibentuk, dan selalu terbuka terhadap teguran: "Orang yang mengarahkan indera pendengaran kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31).
Selanjutnya, kita harus merenungkan firman Tuhan itu siang dan malam hingga sanggup memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup kita, kemudian firman tersebut kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, semoga engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, lantaran dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Orang Katolik yang senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya akarnya tidak akan goncang (Amsal 12:3) dan akarnya niscaya mendatangkan hasil (Amsal 12:12).
Kehidupan Katolik yang tak berbuah niscaya akan dibuang oleh Tuhan!
Baca: Mazmur 67:1-8
"Tanah telah memberi hasilnya; ...Allah kita, memberkati kita." Mazmur 67:7
Semua orang yang menanam pohon tentunya berharap bahwa pohon atau benih yang ditanamnya itu bukan sekedar tumbuh dan berdaun lebat, melainkan sanggup menghasilkan buah atau panenan, "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a). Inilah kerinduan Tuhan bagi orang percaya yaitu kehidupan yang berbuah. Apabila kita berbuah banyak, maka Bapa dipermuliakan di dalam hidup kita (Yohanes 15:8). Untuk sanggup bertumbuh dan berbuah, akar pohon harus merambat masuk ke dalam tanah, dan semakin dalam akar itu menembus tanah semakin memungkinkan untuk mencapai sumber air dan mendapat sari-sari makanan yang dibutuhkan.
Begitu pula kerinduan rohani kita, untuk sanggup bertumbuh dan berbuah, kita perlu berakar berpengaruh secara mendalam di dalam firman Tuhan, sebab "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Hal fundamental yang harus dilakukan untuk sanggup berakar berpengaruh di dalam firman Tuhan ialah miliki respons hati yang benar terhadap firman Tuhan itu sendiri, "...terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu," (Yakobus 1:21). Hati kita ini mirip tanah yang siap ditaburi benih firman, lantaran itu kondisi hati kita sangat memilih apakah benih firman itu sanggup bertumbuh dengan baik atau tidak. Hati yang lemah lembut ialah citra tanah yang gembur (tidak keras), mau dibentuk, dan selalu terbuka terhadap teguran: "Orang yang mengarahkan indera pendengaran kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31).
Selanjutnya, kita harus merenungkan firman Tuhan itu siang dan malam hingga sanggup memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup kita, kemudian firman tersebut kita praktekkan dalam hidup sehari-hari. "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, semoga engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, lantaran dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung." (Yosua 1:8). Orang Katolik yang senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya akarnya tidak akan goncang (Amsal 12:3) dan akarnya niscaya mendatangkan hasil (Amsal 12:12).
Kehidupan Katolik yang tak berbuah niscaya akan dibuang oleh Tuhan!