Berharap Kepada Tuhan: Tak Beroleh Malu

Disadur dari , edisi 9 April 2017

Baca:  2 Samuel 24:18-25

"...sebab saya tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa."  2 Samuel 24:24

Atas nasihat Gad yang diutus oleh malaikat Tuhan Daud berniat untuk mendirikan mezbah bagi Tuhan di atas tanah pengirikan Arauna, orang Yebus.  Segeralah Daud menemui Arauna bermaksud ingin membeli daerah itu, namun Arauna justru ingin mempersembahkan tanah itu kepada Daud secara cuma-cuma.  Daud menolaknya dengan tegas, sebab ia tidak mau mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan tanpa membayar apa-apa.  Ia ingin memberi yang terbaik bagi Tuhan dengan cara berkorban, memberi dari apa yang dimiliki, lantaran sadar bahwa semua yang dimilikinya itu berasal dari Tuhan.

     Ada banyak orang Katolik mempunyai keinginan dan kerinduan untuk mendukung pekerjaan Tuhan, tetapi hati mereka masih belum sepenuhnya rela untuk berkorban, lantaran pikiran mereka masih dipenuhi oleh perhitungan matematika dan bisnis:  bahwa memperlihatkan persembahan atau berkorban bagi Tuhan berarti uangnya akan berkurang dan ini sebuah kerugian besar.  Hal itu memperlihatkan bahwa roh cinta akan uang masih belum sanggup dipatahkan.  "...akar segala kejahatan ialah cinta uang."  (1 Timotius 6:10).  Kaprikornus daripada tidak rela lebih baik tidak usah berkorban!  Karena dasar dari semua korban bagi Tuhan yaitu kerelaan hati atau sukarela, tergerak dan terdorong dalam hati untuk membawa sesuatu persembahan kepada Tuhan.  "Hendaklah masing-masing memperlihatkan berdasarkan kerelaan hatinya, jangan dengan duka hati atau lantaran paksaan, lantaran Allah mencintai orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).

     Bagi hamba-hamba Tuhan  (gembala atau penginjil)  yang sedang mengalami pergumulan dalam hal keuangan, jangan pernah menggantungkan cita-cita kepada manusia, berharaplah hanya kepada Tuhan.  "Mungkinkah tangan-Ku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan pada-Ku untuk melepaskan? Sesungguhnya, dengan hardik-Ku Aku mengeringkan laut, Aku menciptakan sungai-sungai menjadi padang gurun;..."  (Yesaya 50:2b).  Kalau Tuhan sanggup mengeringkan air maritim dan menciptakan sungai menjadi padang gurun, tidak sanggupkah Ia melepaskan kita dari krisis?  Tidak sanggupkah Ia menyediakan dana untuk pekerjaan-Nya di bumi?

"...siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."  1 Petrus 2:6