Kuat Bangun Di Atas Angin Ribut Hidup (1)
Disadur dari , edisi 14 Mei 2017
Baca: Kisah Para Rasul 27:14-44
"Tetapi tidak berapa usang lalu turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin 'Timur Laut'. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan." Kisah 27:14-15a
Dikisahkan terdapat 276 jiwa berada dalam satu kapal yang sedang mengalami pencobaan yang sangat berat ketika menempuh perjalanan menuju Roma. Kapal tersebut terkena angin sakal sehingga terombang-ambing di tengah lautan. Lebih mengerikan lagi, ketika insiden berlangsung langit dalam keadaan gelap gulita sampai-sampai mereka tidak melihat matahari selama hampir 14 hari. Begitu dahsyatnya angin sakal dan gelombang maritim yang menghantam kapal, orang-orang menjadi tawar hati dan hilang pengharapan. "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin angin puting-beliung yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, kesudahannya putuslah segala cita-cita kami untuk sanggup menyelamatkan diri kami." (ayat 20). Bibel menyatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10).
Ketika orang-orang sudah sangat pesimistis dan merasa sudah tidak mempunyai cita-cita untuk selamat, rasul Paulus -yang kebetulan menjadi salah satu penumpang di kapal itu-, mempunyai perilaku hati yang berbeda. Di tengah kepanikan yang jago rasul Paulus bisa menguatkan orang banyak itu: "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, saya menasihatkan kamu, semoga kau tetap bertabah hati, lantaran tidak seorangpun di antara kau yang akan binasa, kecuali kapal ini." (Kisah 27:22). Dengan penuh doktrin ia berkata, "Tidak seorangpun di antara kau akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya." (Kisah 27:34b). Kemudian untuk mengantisipasi semoga kapal tidak kandas di salah satu kerikil karang mereka pun setuju membuang sauh, bahkan empat sauh sekaligus (Kisah 27:29). Sauh/jangkar yakni alat berkait dan berat, dibentuk dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke dasar maritim semoga kapal sanggup berhenti dan tidak terbawa oleh arus. Dengan sauh sebuah kapal akan tetap kokoh menghadapi hantaman ombak!
Hati kita menyerupai kapal yang sedang mengarungi lautan kehidupan sedangkan 'sauh' berbicara wacana pengharapan. Hati kita akan tetap berpengaruh di tengah angin puting-beliung atau hantaman ombak sebesar apa pun, apabila kita mempunyai pengharapan. Pertanyaannya: ke arah manakah sauh atau pengharapan itu akan kita labuhkan? (Berlanjut)
Baca: Kisah Para Rasul 27:14-44
"Tetapi tidak berapa usang lalu turunlah dari arah pulau itu angin badai, yang disebut angin 'Timur Laut'. Kapal itu dilandanya dan tidak tahan menghadapi angin haluan." Kisah 27:14-15a
Dikisahkan terdapat 276 jiwa berada dalam satu kapal yang sedang mengalami pencobaan yang sangat berat ketika menempuh perjalanan menuju Roma. Kapal tersebut terkena angin sakal sehingga terombang-ambing di tengah lautan. Lebih mengerikan lagi, ketika insiden berlangsung langit dalam keadaan gelap gulita sampai-sampai mereka tidak melihat matahari selama hampir 14 hari. Begitu dahsyatnya angin sakal dan gelombang maritim yang menghantam kapal, orang-orang menjadi tawar hati dan hilang pengharapan. "Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin angin puting-beliung yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, kesudahannya putuslah segala cita-cita kami untuk sanggup menyelamatkan diri kami." (ayat 20). Bibel menyatakan, "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10).
Ketika orang-orang sudah sangat pesimistis dan merasa sudah tidak mempunyai cita-cita untuk selamat, rasul Paulus -yang kebetulan menjadi salah satu penumpang di kapal itu-, mempunyai perilaku hati yang berbeda. Di tengah kepanikan yang jago rasul Paulus bisa menguatkan orang banyak itu: "Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, saya menasihatkan kamu, semoga kau tetap bertabah hati, lantaran tidak seorangpun di antara kau yang akan binasa, kecuali kapal ini." (Kisah 27:22). Dengan penuh doktrin ia berkata, "Tidak seorangpun di antara kau akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya." (Kisah 27:34b). Kemudian untuk mengantisipasi semoga kapal tidak kandas di salah satu kerikil karang mereka pun setuju membuang sauh, bahkan empat sauh sekaligus (Kisah 27:29). Sauh/jangkar yakni alat berkait dan berat, dibentuk dari besi, yang dilabuhkan dari kapal ke dasar maritim semoga kapal sanggup berhenti dan tidak terbawa oleh arus. Dengan sauh sebuah kapal akan tetap kokoh menghadapi hantaman ombak!
Hati kita menyerupai kapal yang sedang mengarungi lautan kehidupan sedangkan 'sauh' berbicara wacana pengharapan. Hati kita akan tetap berpengaruh di tengah angin puting-beliung atau hantaman ombak sebesar apa pun, apabila kita mempunyai pengharapan. Pertanyaannya: ke arah manakah sauh atau pengharapan itu akan kita labuhkan? (Berlanjut)