Kemujuran Orang Fasik Hanya Sesaat

Disadur dari , edisi 19 April 2017

Baca:  Mazmur 73:1-28

"Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau."  Mazmur 73:27

Asaf ialah keturunan dari suku Lewi yang bertugas sebagai pelayan kebanggaan di hadapan tabut Tuhan dan kepala paduan bunyi pada zaman raja Daud  (baca  1 Tawarikh 16:4-5).  Mazmur 73 ini berisikan wacana pergumulan hidup yang dialami oleh Asaf ketika melihat keberadaan orang-orang fasik yang secara kasat mata tampak lebih mujur hidupnya dibandingkan dengan mereka yang hidup takut akan Tuhan.  "Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk badan mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah ibarat orang lain...mereka menambah harta benda dan bahagia selamanya!"  (ayat 4, 5, 12).  Ini menjadikan kegundahan dalam diri Asaf sehingga ia sempat complain kepada Tuhan mempertanyakan keadilan-Nya.  "Sia-sia sama sekali saya mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari saya kena tulah, dan kena aturan setiap pagi."  (ayat 13-14).  Kesalehan hidup itu tampaknya sia-sia dan tak berguna.  Benarkah?

     Ketahuilah bahwa kemujuran orang fasik itu tidak untuk selama-lamanya, hanya sesaat selama hidup di dunia, alias semu.  "Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; bila engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi."  (Mazmur 37:10).  Karena itu Daud mengingatkan,  "Jangan murka lantaran orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; alasannya mereka segera lisut ibarat rumput dan layu ibarat tumbuh-tumbuhan hijau."  (Mazmur 37:1-2).  Sesulit apa pun situasinya biarlah kita tetap mengerjakan cuilan kita yaitu hidup benar di hadapan Tuhan dan senantiasa tinggal akrab Dia, di situlah letak kekuatan orang percaya, alasannya siapa yang jauh dari Tuhan akan mengalami kebinasaan  (ayat nas).

     Akhirnya Asaf pun menyadari bahwa tidak selayaknya ia merasa cemburu dan iri hati dengan kehidupan orang-orang fasik.  Kaprikornus tidak ada kata rugi atau sia-sia mempertahankan hidup benar, alasannya pada saatnya Tuhan niscaya akan menciptakan perbedaan!  Ketidaktaatan niscaya akan mendapat balasan, dan  "...ada pahala bagi orang benar, sebenarnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi."  (Mazmur 58:12).

Tuhan selalu ada di pihak orang benar, lantaran itu kita tak perlu kuatir!