Jangan Main-Main Dengan Ibadah (1)
Disadur dari , edisi 7 Mei 2017
Baca: Nehemia 8:1-19
"maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, jago kitab itu, agar beliau membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab aturan yang diberikan TUHAN kepada Israel." Nehemia 8:2
Ada banyak orang Katolik yang menganggap bahwa menghadiri sebuah kebaktian tak ada bedanya dengan menghadiri sebuah pertunjukan musik. Yang menjadi sentra perhatian mereka yaitu si pemimpin kebanggaan dan tim musiknya. Apabila mereka tampil kurang maksimal dalam melayani, kita selaku penonton merasa kecewa, tidak puas, tidak terhibur, serta mengkritiknya habis-habisnya. Sikap kita dalam beribadah pun berubah: tidak lagi antusias, ogah-obahan dalam memuji Tuhan, mendengarkan firman pun sambil lalu. Inikah perilaku ibadah yang benar? Ingatlah bahwa fokus utama dalam beribadah yaitu Tuhan, bukan manusia. Jika kita menyadari bahwa yang menjadi sentra ibadah yaitu Tuhan kita niscaya tidak akan main-main lagi dalam beribadah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dikala beribadah: 1. Miliki kerinduan untuk bertemu Tuhan. Sudah usang orang-orang Israel (dalam bacaan) tidak melaksanakan ibadah secara bersama-sama (ibadah raya) alasannya yaitu mereka berada di pembuangan di Babel. Setelah kembali dari pembuangan mereka mempunyai kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Tuhan. Injil menyatakan dikala bulan yang ketujuh tiba serentak berkumpullah umat untuk beribadah kepada Tuhan (ayat nas). Kata serentak mengatakan bahwa rakyat secara kompak dan sangat antusias berkumpul gotong royong untuk melaksanakan ibadah raya tanpa ada paksaan dari pihak lain, atau harus didorong-dorong terlebih dahulu, tapi kerinduan untuk bertemu Tuhan benar-benar timbul dari hati. Umat Israel secara serempak berkumpul untuk beribadah bukan alasannya yaitu sedang menggelar sebuah perayaan atau memperingati hari raya tertentu, tapi alasannya yaitu kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Tuhan yang mendorong mereka untuk berkumpul secara serempak.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita beribadah alasannya yaitu dilandasi kerinduan untuk bertemu Tuhan, atau kita melaksanakan hanya sebatas rutinitas, atau bahkan alasannya yaitu terpaksa? Daud berkata, "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah saya boleh tiba melihat Allah?" (Mazmur 42:2-3). (Berlanjut)
Baca: Nehemia 8:1-19
"maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, jago kitab itu, agar beliau membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab aturan yang diberikan TUHAN kepada Israel." Nehemia 8:2
Ada banyak orang Katolik yang menganggap bahwa menghadiri sebuah kebaktian tak ada bedanya dengan menghadiri sebuah pertunjukan musik. Yang menjadi sentra perhatian mereka yaitu si pemimpin kebanggaan dan tim musiknya. Apabila mereka tampil kurang maksimal dalam melayani, kita selaku penonton merasa kecewa, tidak puas, tidak terhibur, serta mengkritiknya habis-habisnya. Sikap kita dalam beribadah pun berubah: tidak lagi antusias, ogah-obahan dalam memuji Tuhan, mendengarkan firman pun sambil lalu. Inikah perilaku ibadah yang benar? Ingatlah bahwa fokus utama dalam beribadah yaitu Tuhan, bukan manusia. Jika kita menyadari bahwa yang menjadi sentra ibadah yaitu Tuhan kita niscaya tidak akan main-main lagi dalam beribadah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dikala beribadah: 1. Miliki kerinduan untuk bertemu Tuhan. Sudah usang orang-orang Israel (dalam bacaan) tidak melaksanakan ibadah secara bersama-sama (ibadah raya) alasannya yaitu mereka berada di pembuangan di Babel. Setelah kembali dari pembuangan mereka mempunyai kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Tuhan. Injil menyatakan dikala bulan yang ketujuh tiba serentak berkumpullah umat untuk beribadah kepada Tuhan (ayat nas). Kata serentak mengatakan bahwa rakyat secara kompak dan sangat antusias berkumpul gotong royong untuk melaksanakan ibadah raya tanpa ada paksaan dari pihak lain, atau harus didorong-dorong terlebih dahulu, tapi kerinduan untuk bertemu Tuhan benar-benar timbul dari hati. Umat Israel secara serempak berkumpul untuk beribadah bukan alasannya yaitu sedang menggelar sebuah perayaan atau memperingati hari raya tertentu, tapi alasannya yaitu kerinduan yang besar untuk bertemu dengan Tuhan yang mendorong mereka untuk berkumpul secara serempak.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita beribadah alasannya yaitu dilandasi kerinduan untuk bertemu Tuhan, atau kita melaksanakan hanya sebatas rutinitas, atau bahkan alasannya yaitu terpaksa? Daud berkata, "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah saya boleh tiba melihat Allah?" (Mazmur 42:2-3). (Berlanjut)