Ada Rencana Yang Kuasa Di Setiap Perkara

Disadur dari , edisi 9 Juli 2017

Baca:  Lukas 1:5-25

"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan kini Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang."  Lukas 1:25

Pada zaman dahulu kemandulan dianggap sebagai aib.  Masyarakat menganggap bahwa perempuan yang tidak mempunyai keturunan alias mandul pastilah mempunyai hal yang tidak beres dalam dirinya.  Karena itu kemandulan menjadi duduk kasus terbesar bagi semua wanita, alasannya ialah hal ini menyangkut harga diri dan tanda ketidaksempurnaan.  Akibatnya perempuan yang mandul niscaya akan merasa rendah diri, tidak berharga, mengalami penolakan di mana-mana, dan bahkan dikucilkan;  dan lebih menyakitkan lagi kemandulan seringkali dijadikan alasan oleh para suami untuk berbuat semena-mena terhadap isteri, selingkuh, atau bahkan menikah lagi dengan perempuan lain.

     Elisabet ialah salah satu perempuan yang tercatat di Bibel yang mengalami duduk kasus ini, tapi kemandulannya bukan lantaran ada sesuatu yang tidak beres, ada malu atau dosa yang diperbuatnya... Bukan!  Sebab Elisabet, isteri dari seorang imam yang berjulukan Zakharia,  "Keduanya ialah benar di hadapan Allah dan hidup berdasarkan segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat."  (ayat 6).  Melihat fakta ini tidak selayaknya orang tergesa-gesa untuk menghakimi, mencari-cari kesalahan, memojokkan, atau mencela.  Sudah menjadi belakang layar umum, saat orang sedang tertimpa tragedi alam atau masalah, banyak orang eksklusif berpikir bahwa orang itu telah berbuat dosa.  Tidak selalu demikian!  Adakalanya Tuhan mengijinkan hal itu terjadi lantaran Tuhan punya planning di balik duduk kasus yang ada.  Kemandulan yang dialami Elisabet ialah cuilan dari planning Tuhan atas hidupnya.  "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang menyayangi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan planning Allah."  (Roma 8:28).

     Dari sisi Elisabet, kita bisa berguru wacana ketegaran hati, tidak gampang kecewa dan berputus asa, serta tidak berubah perilaku hati, meski dihadapkan pada situasi sulit.  Bahkan ia tetap bisa menjaga kualitas hidupnya dengan berlaku benar di hadapan Tuhan tanpa cacat cela.  Ketaatan Elisabet mendatangkan upah:  ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki  (Lukas 1:57), dan anak itu ialah Yohanes Pembaptis.

Adakah yang tidak mungkin bagi Tuhan?  Tidak ada rencana-Nya yang gagal.