Lidah Kita: Pena Pewarna Hidup

Disadur dari , edisi 15 Juni 2017

Baca:  Mazmur 45:1-6

"Hatiku meluap dengan kata-kata indah, saya hendak memberikan sajakku kepada raja; lidahku yaitu pena seorang jurutulis yang mahir."  Mazmur 45:2

Yakobus dalam suratnya menulis:  "...kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun sanggup dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil berdasarkan kehendak jurumudi."  (Yakobus 3:4).  Begitu juga kehidupan manusia, betapa pun besarnya kasus yang harus dihadapi, bahwasanya hidup insan itu dikendalikan oleh lidahnya sendiri:  "Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun sanggup memegahkan perkara-perkara yang besar."  (Yakobus 3:5).

     Di zaman kini ini banyak kasus terjadi:  perselisihan, permusuhan, tindak pidana, sebagai tanggapan dari kesalahan orang dalam memfungsikan pengecap atau kecerobohannya dalam berkata-kata.  Bibel sudah mengingatkan:  "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."  (Amsal 18:21).  Karena itu kita harus berhati-hati, lantaran dengan pengecap kita sanggup memberkati orang lain, tetapi dengan pengecap yang sama kita juga sanggup mengutukinya.  Dengan pengecap kita sanggup menciptakan orang lain bersukacita, tetapi dengan pengecap itu pula kita sanggup menciptakan orang lain berdukacita.  Melalui pengecap kita sanggup membangun, tapi juga sanggup menghancurkan orang lain.  Jika pengecap kita senantiasa memperkatakan hal yang negatif, itu sama artinya kita sedang mempersulit langkah hidup kita sendiri menuju masa depan.  Sebaliknya jikalau pengecap kita senantiasa memperkatakan hal-hal yang positif maka perjalanan hidup kita pun akan mengarah kepada hal-hal yang positif pula.

     Pemazmur menyatakan bahwa pengecap kita itu laksana pena yang sedang melukis dan mewarnai hidup seseorang:  berwarna putih, biru, cerah, buram, atau hitam pekat.  Sesungguhnya Tuhan telah merancang masa depan yang baik bagi kehidupan anak-anak-Nya  (baca  Yeremia 29:11), namun tanpa sadar rancangan Tuhan itu kita rusak dengan perkataan kita sendiri.  Rasul Petrus menulis:  "Siapa yang mau menyayangi hidup dan mau melihat hari-hari baik, beliau harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu."  (1 Petrus 3:10).

"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, beliau menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."  Yakobus 1:26