Tak Bersemangat Menjalani Hidup (1)
Disadur dari , edisi 18 Juni 2017
Baca: 1 Raja-Raja 19:1-8
"Maka takutlah ia, kemudian berdiri dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan sesudah hingga ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, dia meninggalkan bujangnya di sana." 1 Raja-Raja 19:3
Siapa di antara kita kebal masalah? Tak ada! Tak terkecuali mereka yang berstatus hamba Tuhan atau pendeta sekali pun. Ya... Musa juga mengakui bahwa masalah, kesesakan, penderitaan yakni kepingan hidup sehari-hari dan itulah pujian hidup manusia (baca Mazmur 90:10). Namun orang percaya tak boleh mengalah dan putus asa, karena "Pencobaan-pencobaan yang kau alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan alasannya yakni itu Ia tidak akan membiarkan kau dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kau dicobai Ia akan menunjukkan kepadamu jalan ke luar, sehingga kau sanggup menanggungnya." (1 Korintus 10:13).
Bukan wacana besar-kecil, berat-ringan persoalan yang dihadapi, yang terpenting yakni bagaimana perilaku kita ketika berhadapan dengan persoalan itu sendiri. Putus asa, patah semangat, mengalah di tengah jalan yakni perilaku yang justru akan semakin menenggelamkan kita ke jurang permasalahan yang dalam. Untuk menang terhadap persoalan diharapkan perilaku yang pantang mengalah dan semangat yang tiada kunjung pudar. Elia, meskipun berstatus nabi Tuhan, juga pernah mengalami persoalan yang membuatnya tidak lagi bersemangat dalam menjalani hidup. Padahal sebelum itu Elia meraih kemenangan besar di gunung Karmel yaitu berhasil membunuh 450 nabi baal. Ketika informasi itu hingga ke Izebel, "maka Izebel menyuruh seorang suruhan menyampaikan kepada Elia: 'Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, kalau besok kira-kira pada waktu ini saya tidak menciptakan nyawamu sama ibarat nyawa salah seorang dari mereka itu.'" (1 Raja-Raja 19:2).
Karena bahaya Izebel ini Elia pun menjadi sangat takut dan larilah dia untuk menyelamatkan diri ke gunung Horeb. Keadaan Elia benar-benar drop: selain lelah jasmani -setelah menempuh perjalanan panjang 40 hari 40 malam-, dia juga mengalami kelelahan rohani yang membuatnya frustasi dan hilang semangat.
"Orang yang bersemangat sanggup menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" Amsal 18:14
Baca: 1 Raja-Raja 19:1-8
"Maka takutlah ia, kemudian berdiri dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan sesudah hingga ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, dia meninggalkan bujangnya di sana." 1 Raja-Raja 19:3
Siapa di antara kita kebal masalah? Tak ada! Tak terkecuali mereka yang berstatus hamba Tuhan atau pendeta sekali pun. Ya... Musa juga mengakui bahwa masalah, kesesakan, penderitaan yakni kepingan hidup sehari-hari dan itulah pujian hidup manusia (baca Mazmur 90:10). Namun orang percaya tak boleh mengalah dan putus asa, karena "Pencobaan-pencobaan yang kau alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan alasannya yakni itu Ia tidak akan membiarkan kau dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kau dicobai Ia akan menunjukkan kepadamu jalan ke luar, sehingga kau sanggup menanggungnya." (1 Korintus 10:13).
Bukan wacana besar-kecil, berat-ringan persoalan yang dihadapi, yang terpenting yakni bagaimana perilaku kita ketika berhadapan dengan persoalan itu sendiri. Putus asa, patah semangat, mengalah di tengah jalan yakni perilaku yang justru akan semakin menenggelamkan kita ke jurang permasalahan yang dalam. Untuk menang terhadap persoalan diharapkan perilaku yang pantang mengalah dan semangat yang tiada kunjung pudar. Elia, meskipun berstatus nabi Tuhan, juga pernah mengalami persoalan yang membuatnya tidak lagi bersemangat dalam menjalani hidup. Padahal sebelum itu Elia meraih kemenangan besar di gunung Karmel yaitu berhasil membunuh 450 nabi baal. Ketika informasi itu hingga ke Izebel, "maka Izebel menyuruh seorang suruhan menyampaikan kepada Elia: 'Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, kalau besok kira-kira pada waktu ini saya tidak menciptakan nyawamu sama ibarat nyawa salah seorang dari mereka itu.'" (1 Raja-Raja 19:2).
Karena bahaya Izebel ini Elia pun menjadi sangat takut dan larilah dia untuk menyelamatkan diri ke gunung Horeb. Keadaan Elia benar-benar drop: selain lelah jasmani -setelah menempuh perjalanan panjang 40 hari 40 malam-, dia juga mengalami kelelahan rohani yang membuatnya frustasi dan hilang semangat.
"Orang yang bersemangat sanggup menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" Amsal 18:14