Sahabat Niscaya Bergaul Karib
Disadur dari , edisi 29 Oktober 2018
Baca: Yohanes 15:9-17
"Kamu yaitu sahabat-Ku, jikalau kau berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Yohanes 15:14
Arti bersahabat pastilah mempunyai hubungan yang sangat karib atau akrab, bukan hanya sekedar tahu atau kenal. Begitu pula yang menjadi sahabatnya Tuhan tentunya yaitu orang-orang yang bergaul karib dengan-Nya. Tuhan menegaskan bahwa seseorang layak disebut sahabat-Nya kalau ia taat melaksanakan apa yang Ia perintahkan (ayat nas). Sekalipun seseorang tampak aktif dalam kegiatan-kegiatan di gereja (pelayanan), menjadi pengikut Kristus selama bertahun-tahun, atau bahkan sudah mengeyam pendidikan di sekolah teologia, kalau ia tidak taat melaksanakan kehendak Tuhan, ia pun belum memenuhi kriteria untuk menjadi sobat Tuhan.
Perhatikan apa yang Tuhan katakan kepada Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi: "...sesungguhnya kalau seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak sanggup masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, yaitu roh. Janganlah engkau heran, alasannya yaitu Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali." (Yohanes 3:5-7). Untuk menjadi sobat Tuhan tidak cukup hanya bermodalkan pengetahuan Alkitab, tapi ia harus mengenal Tuhan secara pribadi. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6). Jadi, setiap orang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara langsung dan bergaul karib dengan-Nya. "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Sungguh ajaib! Tuhan yang Mahabesar, pencipta alam semesta ini, mau bergaul karib dan mau menjadi sobat insan yang hanya berasal dari debu. Ini mengatakan bahwa Tuhan mengutamakan suatu hubungan yang dekat. Puncak dari hubungan ini terjadi saat kita masuk dalam pesta perjamuan kawin Anak Domba: "Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia." (Wahyu 19:7). Tak mungkin orang menjadi mempelai Kristus bila ia tak mempunyai hubungan karib dengan-Nya.
Ketaatan yaitu syarat mutlak untuk sanggup dekat dengan Tuhan!
Baca: Yohanes 15:9-17
"Kamu yaitu sahabat-Ku, jikalau kau berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." Yohanes 15:14
Arti bersahabat pastilah mempunyai hubungan yang sangat karib atau akrab, bukan hanya sekedar tahu atau kenal. Begitu pula yang menjadi sahabatnya Tuhan tentunya yaitu orang-orang yang bergaul karib dengan-Nya. Tuhan menegaskan bahwa seseorang layak disebut sahabat-Nya kalau ia taat melaksanakan apa yang Ia perintahkan (ayat nas). Sekalipun seseorang tampak aktif dalam kegiatan-kegiatan di gereja (pelayanan), menjadi pengikut Kristus selama bertahun-tahun, atau bahkan sudah mengeyam pendidikan di sekolah teologia, kalau ia tidak taat melaksanakan kehendak Tuhan, ia pun belum memenuhi kriteria untuk menjadi sobat Tuhan.
Perhatikan apa yang Tuhan katakan kepada Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi: "...sesungguhnya kalau seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak sanggup masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, yaitu daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, yaitu roh. Janganlah engkau heran, alasannya yaitu Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali." (Yohanes 3:5-7). Untuk menjadi sobat Tuhan tidak cukup hanya bermodalkan pengetahuan Alkitab, tapi ia harus mengenal Tuhan secara pribadi. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6). Jadi, setiap orang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara langsung dan bergaul karib dengan-Nya. "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14).
Sungguh ajaib! Tuhan yang Mahabesar, pencipta alam semesta ini, mau bergaul karib dan mau menjadi sobat insan yang hanya berasal dari debu. Ini mengatakan bahwa Tuhan mengutamakan suatu hubungan yang dekat. Puncak dari hubungan ini terjadi saat kita masuk dalam pesta perjamuan kawin Anak Domba: "Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia." (Wahyu 19:7). Tak mungkin orang menjadi mempelai Kristus bila ia tak mempunyai hubungan karib dengan-Nya.
Ketaatan yaitu syarat mutlak untuk sanggup dekat dengan Tuhan!