Ciri Orang Yang Mengandalkan Yang Kuasa (1)
Disadur dari , edisi 2 September 2017
Baca: Yeremia 17:5-10
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Yeremia 17:5
Mengapa kita harus mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidup ini? Karena Dia yakni Tuhan yang penuh kuasa dan tidak ada kasus yang tidak mungkin bagi-Nya. Tuhan Yesus berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18). Karena itu kita tidak perlu takut menghadapi goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, lantaran kita punya Tuhan yang tak pernah melepaskan tangan-Nya untuk menuntun kita. Ada tertulis: "TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan menyerupai taman yang diairi dengan baik dan menyerupai mata air yang tidak pernah mengecewakan." (Yesaya 58:11), dan penyertaan-Nya yang tepat tidak akan berakhir. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kau senantiasa hingga kepada simpulan zaman." (Matius 28:20b).
Apa ciri-ciri orang yang hidup mengandalkan tuhan? Tidak hidup mengandalkan diri sendiri atau kekuatan sendiri. Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang dimiliki: asal-usul, pendidikan, status kekayaan, kedudukan, kepintaran dan sebagainya. Pemazmur mengingatkan siapa diri kita di hadapan Tuhan, bahwa kita ini yakni debu (baca Mazmur 103:14). Seharusnya kita sadar bahwa pada alhasil segala kasus yang menempel pada kita tidak akan berguna, tidak sanggup menolong, apalagi menyelamatkan dan meluputkan kita dari goncangan-goncangan dunia. Digambarkan wacana keadaan orang yang hidup mengandalkan diri sendiri dan menjauh daripada Tuhan: "Ia akan menyerupai semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (Yeremia 17:6).
Betapa banyak orang peercaya yang dikala sentosa menyerupai tidak membutuhkan Tuhan, sehingga teguran dan peringatan Tuhan dianggapnya remeh lantaran merasa diri mampu. "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' Itulah tingkah langkahmu dari semenjak masa mudamu, lantaran engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Kata sentosa (shalvah) diartikan: aman, sukses, makmur dan baik-baik saja.
Baca: Yeremia 17:5-10
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" Yeremia 17:5
Mengapa kita harus mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidup ini? Karena Dia yakni Tuhan yang penuh kuasa dan tidak ada kasus yang tidak mungkin bagi-Nya. Tuhan Yesus berkata, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18). Karena itu kita tidak perlu takut menghadapi goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, lantaran kita punya Tuhan yang tak pernah melepaskan tangan-Nya untuk menuntun kita. Ada tertulis: "TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan menyerupai taman yang diairi dengan baik dan menyerupai mata air yang tidak pernah mengecewakan." (Yesaya 58:11), dan penyertaan-Nya yang tepat tidak akan berakhir. "Dan ketahuilah, Aku menyertai kau senantiasa hingga kepada simpulan zaman." (Matius 28:20b).
Apa ciri-ciri orang yang hidup mengandalkan tuhan? Tidak hidup mengandalkan diri sendiri atau kekuatan sendiri. Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang dimiliki: asal-usul, pendidikan, status kekayaan, kedudukan, kepintaran dan sebagainya. Pemazmur mengingatkan siapa diri kita di hadapan Tuhan, bahwa kita ini yakni debu (baca Mazmur 103:14). Seharusnya kita sadar bahwa pada alhasil segala kasus yang menempel pada kita tidak akan berguna, tidak sanggup menolong, apalagi menyelamatkan dan meluputkan kita dari goncangan-goncangan dunia. Digambarkan wacana keadaan orang yang hidup mengandalkan diri sendiri dan menjauh daripada Tuhan: "Ia akan menyerupai semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (Yeremia 17:6).
Betapa banyak orang peercaya yang dikala sentosa menyerupai tidak membutuhkan Tuhan, sehingga teguran dan peringatan Tuhan dianggapnya remeh lantaran merasa diri mampu. "Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: 'Aku tidak mau mendengarkan!' Itulah tingkah langkahmu dari semenjak masa mudamu, lantaran engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku!" (Yeremia 22:21). Kata sentosa (shalvah) diartikan: aman, sukses, makmur dan baik-baik saja.