Penguasaan Diri Perlu Dilatih

Disadur dari , edisi 28 Agustus 2017

Baca:  Titus 2:1-10

"Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka semoga mereka menguasai diri dalam segala hal..."  Titus 2:6

Sebagian orang Katolik merasa gembira dan menganggap diri besar lengan berkuasa secara rohani kalau telah melayani pekerjaan Tuhan atau terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian gereja.  Namun masih sering kita dengar dan lihat dengan mata kepala sendiri banyak di antara mereka yang jatuh dalam dosa, sekalipun sudah melayani di atas mimbar.  Ada yang terlibat dalam pertikaian keluarga lantaran urusan warisan, saling berselisih dengan sesama hamba Tuhan dan saling menjatuhkan, ada pula yang jatuh dalam dosa meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi!  Hendaklah kita pahami bahwa menjadi percaya pada Tuhan Yesus tidak secara otomatis menyebabkan kita ini kebal terhadap segala macam godaan dari si jahat, sebab  "...si Iblis, berjalan keliling sama menyerupai singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang sanggup ditelannya."  (1 Petrus 5:8).  Oleh lantaran itu kita harus senantiasa berjaga-jaga dalam berdoa semoga kita tidak jatuh!

     Keberadaan kita sebagai jemaat awam, terlebih-lebih bagi kita yang sudah masuk dalam dunia pelayanan, mengharuskan kita mempunyai kehidupan yang berbeda dengan orang-orang di luar Tuhan.  Siapa pun yang mempercayakan hidup kepada Tuhan Yesus wajib hidup sama menyerupai Kristus telah hidup  (baca  1 Yohanes 2:6), sehingga keberadaannya bisa menjadi teladan...  "dan jadikanlah dirimu sendiri suatu pola dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,"  (Titus 2:7).

     Demikian pula untuk sanggup menjadi teladan, kita memerlukan latihan dalam hal penguasaan diri.  "Tetapi saya melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, semoga setelah memberitakan Bibel kepada orang lain, jangan saya sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27).  Melatih badan dan menguasai seluruhnya berarti berjuang untuk sanggup menguasai diri dari belenggu keinginan-keinginan dagingnya yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, semoga dia tidak ditolak oleh Tuhan.  Bagaimana mungkin kita bisa menjadi pola dan bisa memenangkan jiwa bagi Tuhan, bila kita sendiri masih belum mempunyai penguasaan diri terhadap keinginan-keinginan daging?

Ada harga yang harus dibayar untuk menjadi berkat dan pola yang baik!