Berpuasa: Melepaskan Belenggu Dosa

Disadur dari , edisi 10 Maret 2017

Baca:  Yesaya 58:1-12

"Sesungguhnya, kau berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa menyerupai kini ini suaramu tidak akan didengar di daerah tinggi."  Yesaya 58:4

Tuhan tidak pernah melihat cara berpuasa secara lahiriah, yang Ia perhatikan yaitu hati.  Puasa seseorang akan menjadi sia-sia kalau tidak disertai dengan perilaku hati yang benar, atau tetap melaksanakan perbuatan dosa  (terbelenggu dosa).  Adalah penting sekali kita menyediakan waktu secara khusus untuk berdoa dan berpuasa biar dengan santunan Roh Kudus kita dilepaskan dari roh-roh jahat yang selama ini membelenggu hidup kita:  roh percabulan, roh kesombongan, roh iri dengki, roh amarah, roh sulit mengampuni dan sebagainya.  Puasa jenis ini yaitu bentuk pertobatan secara pribadi!

     Secara terperinci, jujur dan terbuka kita mengakui segala dosa dan kesalahan di hadapan Tuhan.  Jangan pernah menyembunyikan dosa sekecil apa pun, sebab  "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, lantaran segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus menunjukkan pertanggungan jawab."  (Ibrani 4:13).  Dosa harus benar-benar dibereskan di hadapan Tuhan secara tuntas, kalau tidak, pertumbuhan rohani kita tidak akan pernah maksimal dan berkat-berkat Tuhan pun akan menjadi terhalang.  Karena itu kita harus menjadi orang Nasrani yang benar-benar merdeka, terbebas dari segala belenggu dosa dan kuk.  Tuhan berkata,  "Berpuasa yang Kukehendaki, ialah biar engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, biar engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,"  (Yesaya 58:6).

     Kesalahan yang sering dilakukan saat sedang berpuasa yaitu berpuasa tanpa disertai pertobatan.  Puasa model demikian tak lebih dari sekedar rutinitas dan hanya akan menyiksa tubuh tanpa membawa hasil, karena  "...suaramu tidak akan didengar di daerah tinggi."  (ayat nas), doa kita tidak akan didengar Tuhan.  Berpuasa yang benar yaitu berguru menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.  Menyalibkan kedagingan itu memang sakit, tetapi buahnya kelak niscaya manis.

Puasa yang benar yaitu puasa yang disertai dengan pertobatan, olehnya kita dibebaskan dari belenggu dosa dan menjadi seorang yang lebih dari pemenang!