Menantikan Tuhan: Ibadah Dengan Sungguh

Disadur dari , edisi 3 Maret 2017

Baca:  Mazmur 2:1-12

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar,"  Mazmur 2:11

Kita semua tidak tahu secara niscaya kapan Kristus datang, namun melihat akta-fakta yang ada  (kekristenan mengalami tekanan yang semakin berat, munculnya organisasi tertentu yang ditunggangi roh antikristus untuk melaksanakan penganiayaan terhadap orang percaya, musibah yang tiba silih berganti dan sebagainya)  semakin memperjelas bahwa Tuhan tiba tidak akan usang lagi.  Siapakah kita menyambut kedatangan Tuhan?

     Hal fundamental yang harus kita perhatikan ialah tentang ibadah!  Apakah selama ini kita sudah beribadah kepada Tuhan dengan sungguh?  Orang yang sungguh-sungguh beribadah niscaya mengalami kuasa ibadah itu sendiri.  Kenyataannya, meski banyak orang tampak aktif ke gereja setiap Minggu, tidak semua mengalami kuasa ibadah, sebab mereka beribadah kepada Tuhan dengan perilaku hati yang benar.  Ada tertulis:  "Jagalah langkahmu, jika engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar ialah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, sebab mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat."  (Pengkhotbah 4:17).  Ibadah dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai service, artinya pelayanan, sedang dalam bahasa aslinya ialah abodau yang artinya bekerja, melayani Tuhan, dan mengakibatkan diri sebagai seorang hamba.  Ada pun kata hamba selalu identik dengan labour yang artinya bekerja keras.  Kaprikornus ibadah yang benar itu bukan sekedar duduk, memuji Tuhan ala kadarnya dan mendengarkan firman Tuhan sambil lalu, tetapi kita bekerja keras untuk menawarkan yang terbaik kepada Tuhan.

     Di  Perjanjian Lama untuk beribadah kepada Tuhan setiap orang harus membawa korban hewan menyerupai domba, kambing, burung merpati dan sebagainya.  Kini kita tidak perlu lagi membawa korban hewan dikala tiba beribadah, sebab Kristus sudah mati menjadi korban tebusan bagi kita melalui kematian-Nya di kayu salib, namun hal ini dihentikan mengubah arti ibadah yang bekerjsama yaitu kita mempersembahkan badan sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan  (baca  Roma 12:1).

"...ibadah itu berkhasiat dalam segala hal, sebab mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  1 Timotius 4:8