Pemimpin Berhati Gembala
Disadur dari , edisi 21 Maret 2017
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Janganlah kau berbuat seakan-akan kau mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kau menjadi teladan bagi kawanan domba itu." 1 Petrus 5:3
Jika mendengar kata pemimpin yang acapkali muncul di bayangan ialah orang yang punya kuasa untuk mengatur, memerintah dan memegang kendali. Karena punya otoritas atau kuasa, seorang pemimpin seringkali bertindak semena-mena, mau menang sendiri, tidak mau disalahkan, tidak mau mendapatkan kritikan, apa yang diperintahkan harus dituruti menyerupai tertulis: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25).
Berbicara perihal kepemimpinan, entah itu kepemimpinan suatu bangsa, sebuah perusahaan atau instansi, gereja, sekolah dan juga keluarga, kita berbicara perihal sebuah keteladanan hidup. "Pemimpin itu memimpin dengan contoh, bukan dengan paksaan." (Sun Tzu). Bagaimana kita bisa menjadi teladan bagi banyak orang, atau menjadi panutan dalam hal melaksanakan kehendak Tuhan, itulah inti sebuah kepemimpinan. Rasul Petrus memperingatkan bahwa seorang pemimpin sejati haruslah mempunyai hati gembala menyerupai yang Tuhan Yesus teladankan. Ketika memimpin umat, Tuhan Yesus memposisikan diri-Nya bukan menyerupai orang yang memerintah atau memimpin dengan tangan besi, melainkan sebagai Gembala yang sedang menggembalakan kawanan domba-Nya. "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku" (Yohanes 10:14). Seorang pemimpin sejati mengenal kawanan dombanya dengan baik, alias mempunyai kepekaan. "Telinga seorang pemimpin harus peka dengan bunyi orang lain." (Woodrow Wilson).
Seorang pemimpin harus menyadari bahwa orang-orang yang dipimpinnya itu bukanlah orang yang bisa diperlakukan seenaknya, melainkan kawanan domba yang dipercayakan Tuhan untuk dibimbing, dituntun dan diarahkan ke jalan yang benar. Karena itu kita harus bisa menjadi teladan atau berkat bagi yang dipimpinnya, bukan hanya sekedar memerintah. Inilah yang akan menjadikan respek dari pengikutnya!
Jadilah pemimpin yang bisa memperlihatkan teladan hidup bagi orang lain!
Baca: 1 Petrus 5:1-11
"Janganlah kau berbuat seakan-akan kau mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kau menjadi teladan bagi kawanan domba itu." 1 Petrus 5:3
Jika mendengar kata pemimpin yang acapkali muncul di bayangan ialah orang yang punya kuasa untuk mengatur, memerintah dan memegang kendali. Karena punya otoritas atau kuasa, seorang pemimpin seringkali bertindak semena-mena, mau menang sendiri, tidak mau disalahkan, tidak mau mendapatkan kritikan, apa yang diperintahkan harus dituruti menyerupai tertulis: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25).
Berbicara perihal kepemimpinan, entah itu kepemimpinan suatu bangsa, sebuah perusahaan atau instansi, gereja, sekolah dan juga keluarga, kita berbicara perihal sebuah keteladanan hidup. "Pemimpin itu memimpin dengan contoh, bukan dengan paksaan." (Sun Tzu). Bagaimana kita bisa menjadi teladan bagi banyak orang, atau menjadi panutan dalam hal melaksanakan kehendak Tuhan, itulah inti sebuah kepemimpinan. Rasul Petrus memperingatkan bahwa seorang pemimpin sejati haruslah mempunyai hati gembala menyerupai yang Tuhan Yesus teladankan. Ketika memimpin umat, Tuhan Yesus memposisikan diri-Nya bukan menyerupai orang yang memerintah atau memimpin dengan tangan besi, melainkan sebagai Gembala yang sedang menggembalakan kawanan domba-Nya. "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku" (Yohanes 10:14). Seorang pemimpin sejati mengenal kawanan dombanya dengan baik, alias mempunyai kepekaan. "Telinga seorang pemimpin harus peka dengan bunyi orang lain." (Woodrow Wilson).
Seorang pemimpin harus menyadari bahwa orang-orang yang dipimpinnya itu bukanlah orang yang bisa diperlakukan seenaknya, melainkan kawanan domba yang dipercayakan Tuhan untuk dibimbing, dituntun dan diarahkan ke jalan yang benar. Karena itu kita harus bisa menjadi teladan atau berkat bagi yang dipimpinnya, bukan hanya sekedar memerintah. Inilah yang akan menjadikan respek dari pengikutnya!
Jadilah pemimpin yang bisa memperlihatkan teladan hidup bagi orang lain!