Fanatik Ke Luar

Disadur dari , edisi 31 Januari 2016

Baca:  Roma 10:1-3

"...mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar."  Roma 10:2

Banyak orang berpikiran bahwa kekristenan itu tak lebih dari suatu fatwa atau agama.  Jika kita menganggapnya demikian maka ibadah yang kita lakukan tak lebih dari rutinitas yang bersifat lahiriah atau agamawi.  "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan fatwa yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).  Ibadah yang demikian takkan membawa perubahan dalam hidup seseorang bahkan cenderung menimbulkan perilaku fanatik tanpa pengertian yang benar.

     Ada dua macam jenis kefanatikan:  fanatik ke luar dan fanatik ke dalam.  Fanatik ke luar yaitu fanatik yang membabi buta, memaksakan kehendak kepada orang lain untuk mendapatkan kepercayaan dan keyakinannya.  Jika orang lain tidak mau ia akan memusuhi, bahkan kalau perlu melaksanakan tindakan kekerasan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang berbeda paham dengannya.  Fanatik ke dalam yaitu fanatik yang ditujukan pada diri sendiri, memfanatikkan dirinya dengan kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan, artinya ia akan berpegang teguh pada fatwa tidak akan berkompromi dengan dosa.  Tetapi ia tidak akan pernah memusuhi, apalagi menganiaya orang-orang yang tidak sepaham atau seiman dengannya, melainkan akan menyayangi mereka dengan kasih yang tulus.

     Sebelum bertobat Paulus yaitu orang Farisi yang kefanatikannya bersifat ke luar.  Itu terlihat dari tindakannya dalam menindas dan menganiaya orang percaya yang dianggapnya telah menghujat Tuhan.  Paulus mengakuinya hal itu,  "...aku sendiri pernah menyangka, bahwa saya harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara,  setelah saya memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi saya juga setuju,  kalau mereka dieksekusi mati.  Dalam rumah-rumah ibadat saya sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap saya mengejar mereka, bahkan hingga ke kota-kota asing."  (Kisah 26:9-11).

Setelah bertemu dengan Tuhan Yesus secara langsung Paulus mengalami jamahan-Nya dan hidupnya pun berubah 180 derajat.