Generasi Yang Takut Akan Yang Kuasa (2)

Disadur dari , edisi 11 Mei 2016 

Baca:  Ulangan 11:8-32

"Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;"  Ulangan 11:19

Sering dijumpai orangtua memanjakan anak dengan bahan yang berlimpah, lantaran mereka beranggapan bahwa dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan secara berlebih anak akan merasa senang dan nyaman.  Di satu sisi orangtua begitu sibuk dengan bisnis dan pekerjaan, sampai-sampai mereka tidak punya waktu untuk anak-anaknya.  Anak pun menjadi kecewa, murka dan putus asa lantaran merasa kurang diperhatikan, sehingga mereka berusaha mencari kesenangan dan perhatian di luar rumah;  risikonya mereka terjebak dalam pergaulan yang salah.  Rasul Paulus memeringatkan,  "Janganlah kau sesat: Pergaulan yang jelek merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Di sisi lain ada orangtua yang bersikap terlalu lunak, membisu saja dan enggan menegur meski tahu bahwa anak-anaknya telah melaksanakan kesalahan atau perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan, padahal  "...teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,"  (Amsal 6:23).

     Kehidupan keluarga imam Eli menjadi sebuah pelajaran berharga.  Imam Eli tidak secara konsisten menegur dan memeringatkan anak-anaknya  (Hofni dan Pinehas), walaupun jelas-jelas mereka telah berlaku dursila dan tidak mengindahkan Tuhan.  "Siapa tidak memakai tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa menyayangi anaknya, menghajar ia pada waktunya."  (Amsal 13:24), sebab  "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan..."  (Amsal 29:15).  Akibatnya fatal  (baca  1 Samuel 2:27-36).

     Kasih dan teguran haruslah berjalan seimbang.  Mendidik dan mengajarkan firman Tuhan kepada anak harus dilakukan semenjak dini.  Ini yakni langkah yang sempurna untuk mempersiapkan generasi yang takut akan Tuhan.  Orangtua juga harus menyebabkan rumahnya sebagai daerah pendidikan rohani dan mezbah doa, daerah bagi anggota keluarga bersekutu, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, memraktekkan pemikiran firman Tuhan.  Melalui keteladanan hidup orangtua, belum dewasa akan mengikuti jejaknya.

Pendidikan rohani yang dimulai dari gereja inti  (keluarga)  anak membentuk belum dewasa menjadi generasi-generasi masa depan yang menggenapkan rencana Tuhan.