Tuhan Sebagai Fondasi Keluarga
Disadur dari , edisi 16 Februari 2016
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah perjuangan orang yang membangunnya;" Mazmur 127:1
Definisi bebas dari kata keluarga ialah kumpulan insan yang dihubungkan melalui pertalian darah, perkawinan atau pengambilan anak angkat. DepKes RI tahun 1988 memaknai keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap yang mempunyai ketergantungan.
Keluarga ialah forum pertama yang Tuhan dirikan bagi umat manusia, komunitas paling kecil, paling intim dan fundamental dalam hidup manusia. Inisiatif membangun sebuah keluarga datangnya dari Tuhan sendiri: "Tidak baik, bila insan itu seorang diri saja. Aku akan menyebabkan penolong baginya, yang sepadan dengan dia... Lalu TUHAN Allah menciptakan insan itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, kemudian menutup daerah itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari insan itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, kemudian dibawa-Nya kepada insan itu. Lalu berkatalah insan itu: 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, alasannya ia diambil dari laki-laki.' Sebab itu seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:18, 21, 22, 23, 24).
Karena itu untuk membangun rumah tangga atau keluarga kita harus melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia. Mulai dari masa berpacaran, bertunangan, terlebih-lebih ketika hendak memutuskan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, libatkan Tuhan, jangan gegabah. Hanya karena 'deadline' umur banyak anak muda Nasrani bertindak 'hantam kromo' dalam menentukan pasangan hidup; rela meninggalkan Tuhan dan menyangkal imannya hanya lantaran pasangan hidup. "Janganlah kau merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terperinci sanggup bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14).
Pasangan hidup ialah satu untuk seumur hidup, lantaran itu tidak ada istilah coba-coba, alasannya pilihan kita ketika ini menentukan masa depan keluarga kita!
Baca: Mazmur 127:1-5
"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah perjuangan orang yang membangunnya;" Mazmur 127:1
Definisi bebas dari kata keluarga ialah kumpulan insan yang dihubungkan melalui pertalian darah, perkawinan atau pengambilan anak angkat. DepKes RI tahun 1988 memaknai keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap yang mempunyai ketergantungan.
Keluarga ialah forum pertama yang Tuhan dirikan bagi umat manusia, komunitas paling kecil, paling intim dan fundamental dalam hidup manusia. Inisiatif membangun sebuah keluarga datangnya dari Tuhan sendiri: "Tidak baik, bila insan itu seorang diri saja. Aku akan menyebabkan penolong baginya, yang sepadan dengan dia... Lalu TUHAN Allah menciptakan insan itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, kemudian menutup daerah itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari insan itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, kemudian dibawa-Nya kepada insan itu. Lalu berkatalah insan itu: 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, alasannya ia diambil dari laki-laki.' Sebab itu seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." (Kejadian 2:18, 21, 22, 23, 24).
Karena itu untuk membangun rumah tangga atau keluarga kita harus melibatkan Tuhan dan mengandalkan Dia. Mulai dari masa berpacaran, bertunangan, terlebih-lebih ketika hendak memutuskan siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita, libatkan Tuhan, jangan gegabah. Hanya karena 'deadline' umur banyak anak muda Nasrani bertindak 'hantam kromo' dalam menentukan pasangan hidup; rela meninggalkan Tuhan dan menyangkal imannya hanya lantaran pasangan hidup. "Janganlah kau merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terperinci sanggup bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14).
Pasangan hidup ialah satu untuk seumur hidup, lantaran itu tidak ada istilah coba-coba, alasannya pilihan kita ketika ini menentukan masa depan keluarga kita!