Siapa Menabur Siapa Menuai
Disadur dari , edisi 10 Februari 2016
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." 2 Korintus 9:6
Di kala tahun 80-an ada lagu yang cukup terkenal berjudul 'Siapa menabur siapa menuai' karya Rinto Harahap, yang dilantunkan oleh Hetty Koes Endang. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini berlaku aturan tabur-tuai: siapa yang menabur, beliau yang akan menuai; apa yang ditabur itu juga yang akan dituai.
Rasul Paulus memperingatkan, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang infinit dari Roh itu." (Galatia 6:7-8). Bila kita menabur kebaikan kita niscaya akan menuai kebaikan. Kalau kita menabur keburukan, maka hal-hal yang jelek pula yang akan kita tuai. Contoh kasatmata menabur yaitu tindakan memberi: memberi persembahan untuk Tuhan maupun memberi sesuatu kepada orang lain. Dalam hal memberi perilaku hati harus diperhatikan. Jangan hingga kita memberi semata-mata alasannya mengharapkan akibat atau imbalan. Bagaimanapun juga tindakan memberi itu bagaikan menabur benih yang suatu dikala nanti akan menghasilkan buah. Makara tindakan memberi bukanlah tindakan sia-sia atau percuma, justru merupakan tindakan yang baik dan tepat. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, alasannya apabila sudah tiba waktunya, kita akan menuai, jikalau kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:9-10). Jangan pernah menunda-nunda waktu untuk berbuat baik. Biarlah kebaikan itu terus mengalir dari hari ke sehari, sehingga "...kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5).
Memberi harus dengan kerelaan hati: bukan berarti memberi dengan sesuka hati, tapi memberi sepantasnya sesuai dengan berkat Tuhan yang telah kita terima. Namun bukanlah hal yang gampang bagi orang yang hatinya menempel pada uang dan harta.
Buanglah sifat kikir, egois dan materialistis dalam diri kita, dan jadilah berkat bagi orang lain, alasannya apa yang kita tabur tidak akan pernah sia-sia!
Baca: 2 Korintus 9:6-15
"Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." 2 Korintus 9:6
Di kala tahun 80-an ada lagu yang cukup terkenal berjudul 'Siapa menabur siapa menuai' karya Rinto Harahap, yang dilantunkan oleh Hetty Koes Endang. Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini berlaku aturan tabur-tuai: siapa yang menabur, beliau yang akan menuai; apa yang ditabur itu juga yang akan dituai.
Rasul Paulus memperingatkan, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang infinit dari Roh itu." (Galatia 6:7-8). Bila kita menabur kebaikan kita niscaya akan menuai kebaikan. Kalau kita menabur keburukan, maka hal-hal yang jelek pula yang akan kita tuai. Contoh kasatmata menabur yaitu tindakan memberi: memberi persembahan untuk Tuhan maupun memberi sesuatu kepada orang lain. Dalam hal memberi perilaku hati harus diperhatikan. Jangan hingga kita memberi semata-mata alasannya mengharapkan akibat atau imbalan. Bagaimanapun juga tindakan memberi itu bagaikan menabur benih yang suatu dikala nanti akan menghasilkan buah. Makara tindakan memberi bukanlah tindakan sia-sia atau percuma, justru merupakan tindakan yang baik dan tepat. "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, alasannya apabila sudah tiba waktunya, kita akan menuai, jikalau kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:9-10). Jangan pernah menunda-nunda waktu untuk berbuat baik. Biarlah kebaikan itu terus mengalir dari hari ke sehari, sehingga "...kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:5).
Memberi harus dengan kerelaan hati: bukan berarti memberi dengan sesuka hati, tapi memberi sepantasnya sesuai dengan berkat Tuhan yang telah kita terima. Namun bukanlah hal yang gampang bagi orang yang hatinya menempel pada uang dan harta.
Buanglah sifat kikir, egois dan materialistis dalam diri kita, dan jadilah berkat bagi orang lain, alasannya apa yang kita tabur tidak akan pernah sia-sia!