Simson: Jatuh Sebab Tabiatnya
Disadur dari , edisi 13 Desember 2016
Baca: Hakim-Hakim 16:23-31
"Berkatalah Simson: 'Biarlah kiranya saya mati gotong royong orang Filistin ini.'" Hakim-Hakim 16:30a
Zaman hakim-hakim yakni zaman di mana tidak ada seorang pun yang mempunyai wibawa sebesar Musa dan Yosua. Saat itu orang-orang Israel hidup terpencar di banyak sekali penjuru tanah Kanaan sehingga secara formal mereka tidak mempunyai pemimpin, yang ada yakni pemimpin informal yang dikenal sebagai hakim. Pada masa Simson menjadi hakim kehidupan bangsa Israel sedang dalam ancaman besar alasannya yakni sedang ditindas oleh orang Amon dari sebelah timur dan ditekan oleh orang Filistin di bab barat.
Yang disesalkan, sebagai nazir Tuhan kekuatan atau keperkasaan diri Simson ternyata tidak diimbangi dengan susila yang baik. Bukankah ada banyak orang Katolik yang sudah terlibat dalam pelayanan atau menjadi seorang hamba Tuhan masih menjalani hidup sebagai 'manusia lama' dengan aksara duniawi? Sehingga hidupnya tidak bisa menjadi kesaksian, malah menjadi kerikil sandungan bagi orang lain. Kelemahan yang paling menonjol dalam diri Simson yakni kurangnya penguasaan diri, terutama dalam hal impian daging atau hawa nafsu kedagingan. Keinginan mata dan seks yakni titik lemah Simson, sehingga setiap kali bertemu dengan perempuan bagus hasrat untuk memilikinya begitu besar, bahkan ia pernah jatuh dalam pelukan seorang pelacur (baca Hakim-Hakim 16:1). Tidak usang berselang ia pun jatuh cinta pada perempuan dari lembah Sorek yang berjulukan Delila, dialah yang menjadikan kehidupan Simson menjadi hancur dan berakhir dengan tragis.
Simson tidak berguru dari pengalaman, masih saja melaksanakan kesalahan-kesalahan yang sama yaitu jatuh dalam dosa dengan perempuan. Akhirnya dalam keadaan buta dan terbelenggu barulah Simson menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya, namun Tuhan telah meninggalkan dia. Berserulah Simson, "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah saya kuat, sekali ini saja, ya Allah, semoga dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin." (Hakim-Hakim 16:28).
Karena tidak bisa mempertahankan kesucian hidup sebagai nazir Tuhan Simson harus menanggung konsekuensinya, yaitu kehilangan kekuatan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya dan Roh Tuhan pun meninggalkannya!
Baca: Hakim-Hakim 16:23-31
"Berkatalah Simson: 'Biarlah kiranya saya mati gotong royong orang Filistin ini.'" Hakim-Hakim 16:30a
Zaman hakim-hakim yakni zaman di mana tidak ada seorang pun yang mempunyai wibawa sebesar Musa dan Yosua. Saat itu orang-orang Israel hidup terpencar di banyak sekali penjuru tanah Kanaan sehingga secara formal mereka tidak mempunyai pemimpin, yang ada yakni pemimpin informal yang dikenal sebagai hakim. Pada masa Simson menjadi hakim kehidupan bangsa Israel sedang dalam ancaman besar alasannya yakni sedang ditindas oleh orang Amon dari sebelah timur dan ditekan oleh orang Filistin di bab barat.
Yang disesalkan, sebagai nazir Tuhan kekuatan atau keperkasaan diri Simson ternyata tidak diimbangi dengan susila yang baik. Bukankah ada banyak orang Katolik yang sudah terlibat dalam pelayanan atau menjadi seorang hamba Tuhan masih menjalani hidup sebagai 'manusia lama' dengan aksara duniawi? Sehingga hidupnya tidak bisa menjadi kesaksian, malah menjadi kerikil sandungan bagi orang lain. Kelemahan yang paling menonjol dalam diri Simson yakni kurangnya penguasaan diri, terutama dalam hal impian daging atau hawa nafsu kedagingan. Keinginan mata dan seks yakni titik lemah Simson, sehingga setiap kali bertemu dengan perempuan bagus hasrat untuk memilikinya begitu besar, bahkan ia pernah jatuh dalam pelukan seorang pelacur (baca Hakim-Hakim 16:1). Tidak usang berselang ia pun jatuh cinta pada perempuan dari lembah Sorek yang berjulukan Delila, dialah yang menjadikan kehidupan Simson menjadi hancur dan berakhir dengan tragis.
Simson tidak berguru dari pengalaman, masih saja melaksanakan kesalahan-kesalahan yang sama yaitu jatuh dalam dosa dengan perempuan. Akhirnya dalam keadaan buta dan terbelenggu barulah Simson menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya, namun Tuhan telah meninggalkan dia. Berserulah Simson, "Ya Tuhan ALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah saya kuat, sekali ini saja, ya Allah, semoga dengan satu pembalasan juga kubalaskan kedua mataku itu kepada orang Filistin." (Hakim-Hakim 16:28).
Karena tidak bisa mempertahankan kesucian hidup sebagai nazir Tuhan Simson harus menanggung konsekuensinya, yaitu kehilangan kekuatan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya dan Roh Tuhan pun meninggalkannya!