Anak Allah: Wajib Menggandakan Allah (1)

Disadur dari , edisi 28 September 2016 

Baca:  Efesus 5:1-21

"dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah menyayangi kau dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah."  Efesus 5:2

Karena status orang percaya bukan dari dunia maka kita dihentikan turut ambil potongan dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang biasa dilakukan orang-orang dunia.  Yang Tuhan kehendaki ialah kehidupan yang selaras dengan aliran dan perbuatan Allah, yaitu menjadi penurut-penurut Allah  (ayat 1).  Kata penurut-penurut Allah sanggup diartikan peniru-peniru Allah.  Rasul Paulus menekankan dalam perikop ini bahwa kita ialah belum dewasa Allah, sehingga harus menjiplak kehidupan Allah atau meneladani-Nya agar kita benar-benar layak disebut anak-anak-Nya.  Pepatah  'buah jatuh tidak jauh dari pohonnya'  menunjuk kepada suatu kesamaan atau kedekatan antara pohon dan buahnya, antara anak dan bapanya.  Tidak malukah kita mengaku anak Allah, sementara sikap kita sama menyerupai orang-orang dunia yang bukan anak Allah?  Tuhan menghendaki kita tidak serupa dengan dunia  (baca  Roma 12:2).

     Kita harus meneladani Allah dalam hal:  1.  Hidup dalam kasih.  "...hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah menyayangi kau dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita..."  (Efesus 5:2).  Kita diperintahkan hidup dalam kasih,  "...sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, alasannya Allah ialah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Mengasihi haruslah menjadi gaya hidup belum dewasa Allah.  Sifat insan usang yang mementingkan diri sendiri  (egois), tidak peduli terhadap orang lain harus benar-benar kita tinggalkan, dan menjalani hidup sebagai insan gres yaitu hidup yang mengasihi.  Ingat!  Kekristenan tanpa kasih ialah sia-sia, sebab  "...sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  (1 Korintus 13:1).

     Hidup di dalam kasih ialah perintah, lantaran kita ialah belum dewasa yang dikasihi Allah, yang lantaran kasih-Nya rela menawarkan Putera-Nya Yesus Kristus.  Kita harus menyayangi lantaran kita ialah umat tebusan Allah.  Yesus mau membayar harga melalui pengorbanan-Nya di kayu salib lantaran kasih.  Tidakkah kita bersedia membayar harga untuk menyayangi sesama, termasuk menyayangi musuh?  (Bersambung)