Perkataan Yang Menjadi Berkat

Disadur dari , edisi 10 Oktober 2016 

Baca:  Ulangan 32:1-4

"Pasanglah telingamu, hai langit, saya mau berbicara, dan sepakat bumi mendengarkan ucapan mulutku."  Ulangan 32:1

Injil menyatakan bahwa apa yang keluar dari ekspresi yaitu luapan dari dalam hati  (baca  Matius 12:34).  Jika hati dipenuhi oleh hal-hal negatif, yang keluar dari ekspresi pun perkataan yang negatif, demikian pula sebaliknya.  Karena itu rasul Paulus menasihati,  "Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan."  (2 Timotius 2:16).

     Mengapa kita harus menghindari omongan kosong dan tak suci?  Karena hanya akan menambah kefasikan, sia-sia dan tak bermanfaat.  Dalam hidup sehari-hari perkataan-perkataan manis yang terlontar dari ekspresi seseorang biasanya hanya bualan semata, bukan keluar secara nrimo dari dalam hati.  Semakin banyak kita mengubar ucapan atau memerkatakan hal-hal yang sia-sia semakin banyak pula kesalahan yang terjadi, sebab  "Di dalam banyak bicara niscaya ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, cendekia budi."  (Amsal 10:19).  Maka berhati-hatilah dan berpikirlah 1000x bila hendak berbicara, alasannya yaitu setiap kata sia-sia yang kita ucapkan harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan pada saatnya.  "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena berdasarkan ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan berdasarkan ucapanmu pula engkau akan dihukum."  (Matius 12:36-37).  Orang Nasrani yang sudah mengerti kebenaran firman ini akan bisa mengontrol setiap ucapannya.  Rasul Petrus menulis,  "Jika ada orang yang berbicara, sepakat beliau berbicara sebagai orang yang memberikan firman Allah;"  (1 Petrus 4:11).

     Hendaklah kita mencar ilmu dari Musa, yang berusaha sedemikian rupa menjaga setiap ucapan atau perkataannya, sehingga yang keluar dari mulutnya yaitu perkataan yang menyenangkan, membangun, menguatkan dan menyejukkan, alasannya yaitu yang diperkatakannya yaitu firman Tuhan.  Roh Tuhan yang bekerja di dalam diri Musa memperlihatkan inspirasi dan hikmat kepadanya untuk mengucapkan perkataan-perkataan yang senantiasa menjadi berkat bagi orang lain yang mendengarnya.

"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kau tahu, bagaimana kau harus memberi jawab kepada setiap orang."  Kolose 4:6